Alda langsung menghentikan langkahnya saat Taha mencegat dia di tangga. Tanpa banyak bicara, cowok itu meraih tangan Alda dan menariknya untuk pergi ke suatu tempat. Alda yang ditarik secara tiba-tiba, mau tak mau harus mengikuti.
“Taha, apa-apaan, sih? Mau kemana?” tanya Alda. Orang-orang yang ada di sekitaran koridor mengarahkan perhatian pada keduanya.
“Aku mau ngobrol aja sama kamu sebelum bel masuk,” jawab Taha; terus menarik Alda dan berakhir membawanya ke taman sekolah yang tak banyak dikunjungi.
“Mau ngomongin apa?” tanya Alda setelah Taha melepas cekalan tangannya.
“Kamu seriusan udah dikhitbah Jiyad? Kapan? Di mana? Jangan bohong sama aku,” kata Taha.
Alda menghela napas. Sejurus kemudian tangannya terangkat untuk menunjukkan cincin yang tersemat.
“Cincin ini adalah bukti. Jiyad khitbah aku waktu aku pindah.” Alda menurunkan tangannya. “Aku gak punya pilihan selain nerima karena abi dan umi naruh harapan besar ke aku. Maaf gak ngasih tau kamu dari awal,” jelas Alda.
“Jadi, kamu nerima karena terpaksa? Kalo gitu, kamu gak ada rasa apa-apa ke Jiyad?” tanya Taha. “Al, kalo kamu emang gak cinta sama Jiyad, harusnya nolak aja daripada terpaksa nerima. Kamu masih punya aku. Kita bisa nikah nanti,” lanjutnya kemudian.
“Gak segampang itu, Taha.”
“Kamu masih cinta aku, kan, Al?” tanya Taha. Namun, Alda malah diam sambil menatap matanya. “Kalo masih, aku gak akan peduli kamu udah dikhitbah atau belum karena aku yakin yang saling cinta bakal menang,” jelas Taha.
“Jawab, Al. Kamu masih cinta aku, kan?” Taha mengulang pertanyaannya.
“Maaf, Taha. Aku gak punya pilihan lain. Aku bakal ngelepas kamu. Aku gak bisa khianatin Jiyad. Dia baik, aku gak mau nyakitin dia,” jawab Alda yang sukses membuat Taha membeku di tempat saking terkejutnya.
“Al ...”
Alda menundukkan pandangan.
“Aku minta maaf, Taha,” ucap Alda. Berat sebenarnya, tapi dia harus melepas Taha karena tak mau menyakiti perasaan Jiyad. Meski belum sepenuhnya cinta, Alda tetap harus menghargai perasaannya.
Taha menghela napas. “Oke-oke, kalo itu keputusan kamu, oke. Tapi aku mohon, jangan jauhin aku. Gak apa-apa gak lanjut pacaran, kita masih bisa temenan kayak dulu,” ucapnya kemudian.
Alda terdiam beberapa saat sampai akhirnya mengangguk menyetujui. Kembali berteman dengan Taha bukan sesuatu yang salah. Dulu, sebelum berpacaran, mereka memang berteman akrab lebih dulu.
“Aku boleh meluk kamu, gak?” tanya Taha kemudian. Belum sempat Alda menyahuti, cowok itu sudah lebih dulu merengkuhnya. Tentu saja Alda terkejut, tapi saat hendak menyudahi, Taha tak mau melepasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JIYAD
Fanfiction‹ 𝐉𝐈𝐘𝐀𝐃 › ft Park Jongseong ❝Saya akan berusaha memantaskan diri agar bisa membimbing kamu menuju surganya Allah, Alda.❞ - Muhammad Jiyad Al-Hanan.