13 : khawatir

795 164 56
                                    

Sekitar pukul 3 pagi, Jiyad duduk di tangga masjid sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar pukul 3 pagi, Jiyad duduk di tangga masjid sendirian. Sajadah yang dibawanya tersampir di bahu kanan. Dia baru selesai salat tahajud, seperti biasa.

“Hoy!”

Jiyad sedikit terlonjak karena terkejut. Setelah menoleh, terlihat Misbah tertawa kecil karena berhasil mengejutkan Jiyad. Tak lama kemudian, dia duduk di sebelah putra Kyai Ahmad tersebut.

“Tumben banget kanu ngelamun. Hati-hati digangguin setan,” ucap Misbah. “Lagi mikiran umi kamu, ya?” terkanya kemudian.

Jiyad menghela napas dan tersenyum. “Saya takut umi kenapa-kenapa, Kak,” ungkapnya dengan sedih.

Misbah terdiam dan ikut merasakan kesedihan Jiyad. Baru kali ini dia melihat Jiyad begitu sedih. Lagi pula, anak mana yang tidak sedih saat ibunya sakit?

“Udah, kamu yang sabar aja. Allah pasti bakal ngabulin doa kamu. Nyai Mala bakal sembuh. Jangan sedih,” kata Misbah sambil mengusap-usap bahu Jiyad. “Oh iya, tamu yang ke rumah tadi itu ... siapa? Udah dua kali kakak liat mereka dateng. Keluarga jauh atau ...” Misbah menggantungkan kalimatnya sambil melihat Jiyad Dengan mata yang sedikit menyipit curiga.

Jiyad tersenyum.

“Itu keluarganya ustadz Husein. Temen abi. Dan ... putrinya udah saya khitbah waktu itu, Kak,” jawab Jiyad.

Misbah tertegun. “Jadi, kemarin itu keluarganya calon kamu? Kenapa gak ngasih tau dari awal?” tanyanya kemudian.

“Kenapa emangnya, Kak?”

Misbah tercengir. “Enggak kenapa-kenapa, sih. Calon kamu cantik.”

Istighfar, Kak.”

Hehehe ... astagfirullah. Tapi beneran, loh, dia cantik. Kayaknya terbuat dari tanah surga, soalnya kayak bidadari. Harusnya buat kakak aja, sih.” ujar Misbah, membuat Jiyad menoleh lagi padanya.

“Kak, saya gak suka, loh, dengernya.”

Misbah balas menoleh. Melihat Jiyad yang tak lagi tersenyum membuatnya tertawa kecil. “Cemburu, ya? Kakak baru liat kamu cemburu kayak gini. Tenang aja, sih, cuma bercanda,” kata Misbah, membuat Jiyad beristighfar pelan.

“Jiyad, gak apa-apa kalo kamu cemburu. Itu tandanya kamu cinta dia. Toh, dia nanti jadi istri kamu,” ucap Misbah karena mendengar Jiyad beristighfar.

“Tapi saya sama dia belum sah, jadi rasanya berdosa banget kalo cemburu. Lagi pula, saya sama dia masih canggung. Masih kayak orang asing yang gak punya ikatan apa-apa,” jelas Jiyad. Matanya memandang lurus ke depan. “Dan kayaknya dia masih cinta sama seseorang, Kak,” ungkapnya kemudian, membuat Misbah menoleh dengan terkejut.

“Jadi, dia gak jomblo?” tanya Misbah.

“Saya kurang tau, tapi yang jelas dia dekat sama seseorang.”

[✓] JIYADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang