34 : epilog

658 91 25
                                    

Di jam istirahat pertama, Alda dan dua temannya berkumpul di taman belakang sembari makan jajanan ditemani angin sepoi-sepoi yang menyejukkan suasana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di jam istirahat pertama, Alda dan dua temannya berkumpul di taman belakang sembari makan jajanan ditemani angin sepoi-sepoi yang menyejukkan suasana. Mereka berbincang ringan tanpa mengetahui bahwa hari ini adalah hari terakhir Alda bersekolah.

Selama berbincang, Alda banyak diam sambil mendengarkan. Ia merasa sedih, mungkin karena ini momen terakhir mereka di sekolah. “Arumi, Anna,” panggil Alda tiba-tiba. Bagaimana pun ia harus memberitahu dua temannya itu sebelum benar-benar berhenti sekolah. Lagi pula, bukankah lebih baik memberitahu lebih dulu daripada mengetahui setelah ia pergi?

“Kenapa, Al?” Arumi merespons.

Alda diam sejenak untuk merangkai kalimat dalam otaknya. Jujur, ia ragu untuk memberitahu. Dua temannya itu pasti akan sangat terkejut dan mungkin akan menjadi heboh sendiri. Lalu jika ditanya tentang alasannya, apakah ia siap untuk mengatakan bahwa telah menikah dengan Jiyad?

“Itu ... aku mau bilang sesuatu ke kalian,” ungkap Alda. Kedua temannya memandang tanpa bersuara lagi. Mereka terlihat menunggu. “Besok aku gak ke sekolah,” kata Alda setelah menghela napas.

“Yailah, Alda. Aku kira mau bilang sesuatu yang penting. Ternyata cuma gak masuk sekolah aja,” timpal Arumi yang tak mengerti arti sebenarnya dari ucapan Alda.

“Mau kemana, Al? Ngambil izin?” Anna bertanya.

Alda menggelengkan kepala. “Bukan izin. Aku gak akan dateng ke sekolah lagi. Aku ngundurin diri, dan hari ini hari terakhir aku sekolah. Kalian jangan berisik, ya?”

“HAH?!”

Seketika, Alda panik. Tangannya segera memberi isyarat agar Arumi dan Anna tidak heboh. Kepalanya celingak-celinguk untuk memeriksa sekitar, takut ada orang yang perhatiannya tertuju pada mereka.

“Alda! Gak bercanda, kan? Gak lucu tau gak?” Anna kembali bertanya, sebab belum bisa percaya.

Alda menampakkan ekspresi sendu di wajahnya, kemudian menggeleng. “Aku seriusan, An. Hari ini hari terakhir aku sekolah. Mungkin kesannya nanggung karena sayang udah kelas akhir, tapi aku udah rundingin soal ini sama keluarga dan, ya, gitu. Besok aku berhenti.”

Arumi dan Anna memandang Alda dengan dalam. Mereka terlalu syok karena ungkapan dari Alda. Menurut mereka, itu terlalu tiba-tiba. Tapi, jika sudah begitu, tak ada hak untuk membatalkannya, 'kan? Mungkin, Alda punya alasan tersendiri mengapa dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah.

“Alasan?” Arumi bersuara. Alda kebingungan merangkai kata-kata dalam pikirannya. “Gak mungkin, kan, kamu keluar tanpa alasan tertentu? Coba kasih tau kita,” tambahnya.

“Aku ...”

Alda menggantungkan kalimatnya untuk berpikir lagi. Dua temannya itu terlihat menunggu jawaban.

“Arumi, Anna. Sebelumnya aku minta maaf karena mungkin udah ngerahasiain sesuatu dari kalian. Bukannya apa-apa, aku cuma ngikutin perjanjian aja. Kalian pasti bakal kaget dengernya. Jadi, tolong jangan kasih reaksi yang berlebihan. Aku gak orang-orang tau soal ini.”

[✓] JIYADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang