Jiyad masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Alda tengah duduk di tepi kasur sambil menatap ke arahnya. Suasana benar-benar canggung. Kini, mereka sudah sah di mata agama meski melangsungkan acara pernikahan secara tertutup dan hanya disaksikan oleh orang-orang terdekat dan juga para santri saja.
Berjalan masuk, Jiyad membenarkan kopiah putihnya, lalu duduk sedikit berjarak dari Alda.
Selama beberapa saat, mereka tak bersuara sedikit pun. Alda diam menundukkan kepala, sedangkan Jiyad mengalihkan perhatiannya ke sekeliling kamar yang telah dihias.
“Alda, kamu gak lapar?” Suara Jiyad mengejutkan Alda, hingga sedikit terperanjat. “Eh, maaf, saya ngagetin kamu, ya?” tanya Jiyad lagi karena mengetahui bahwa Alda terkejut.
“Ga—gak apa-apa, kok. Aku belum lapar. Kamu sendiri gimana?” Kini, Alda yang bertanya meski dengan nada gugup.
“Saya juga gak lapar. Tapi kalo kamu mau makan, saya juga bakal makan.” Jawaban Jiyad sukses membuat Alda speechless. Tak lama kemudian, cowok itu beranjak.
“Saya izin ke kamar mandi dulu, ya?” kata Jiyad.
“Iya.”
Jiyad segera meninggalkan Alda untuk pergi ke kamar mandi sesuai izinnya. Sepeninggalan Jiyad, Alda pun mengedarkan pandangan untuk melihat dekorasi kamar. Sederhana, tapi berhasil membuat jantung Alda berdebar. Alasannya karena kamar itu adalah kamar pengantin. Rasanya masih tidak menyangka bahwa dia telah menikah, dengan Jiyad pula.
“Aduh, jantung aku.” Alda memegang dadanya karena detak jantung dia cukup cepat. “Lagi gak mimpi, kan, ya? Aku beneran udah sah jadi istri Jiyad?”
“Alda, kamu gak apa-apa?”
Alda terkejut dan refleks menoleh setelah mendengar pertanyaan itu. Jiyad sudah keluar dari kamar mandi dan tidak sengaja memergoki Alda yang tengah memegang dada. Cepat-cepat Alda menurunkan tangannya, lalu tersenyum.
“Aku gak apa-apa, kok,” jawab Alda kemudian.
Jiyad berjalan menghampiri, lalu duduk menghadap Alda dalam jarak yang cukup dekat.
“Muka kamu keliatan pucat gitu, yakin gak apa-apa?” tanya Jiyad setelah mengamati wajah istrinya. “Istirahat, ya? Kayaknya kamu kecapekan,” lanjutnya kemudian.
Alda menggeleng. “Aku gak apa-apa, kok.” Setelah berkata demikian, Alda membeku saat tiba-tiba tangan Jiyad menyentuh keningnya.
“Kamu beneran gak apa-apa? Istirahat aja, ya?” Jiyad mencoba membujuk.
“Ih, gak apa-apa. Aku baik-baik aja, Jiyad. Ini itu cuma ... cuma ...”
“Cuma apa?”
Alda kebingungan. “Cuma ... itu ...”
“Oh, gugup banget, ya?” Jiyad menerka. Sedetik kemudian dia tersenyum lucu. “Ternyata kita samaan. Saya juga gugup banget.”
“Masa, sih? Tapi, kok, tadi ijab kabulnya lancar?”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JIYAD
Фанфик‹ 𝐉𝐈𝐘𝐀𝐃 › ft Park Jongseong ❝Saya akan berusaha memantaskan diri agar bisa membimbing kamu menuju surganya Allah, Alda.❞ - Muhammad Jiyad Al-Hanan.