Alda duduk di bangku taman sendirian sambil menunggu Jiyad yang sedang membeli makanan. Malam ini, mereka berdua pergi mencari udara segar dan Alda tak ikut bersama dengan teman-temannya karena Jiyad tidak memberi izin. Jiyad bilang, Alda hanya akan pergi dengannya, berdua saja.
"Lama-lama bisa posesif juga," gumam Alda sambil terkekeh kecil. Setelahnya, dia mengembuskan napas.
"Nunggu lama?" tanya Jiyad yang langsung duduk di sebelah Alda, lalu menyodorkan satu jagung manis yang masih hangat.
"Enggak juga." Alda menerima jagung manis itu. "Katanya mau beli makanan."
"Itu juga, kan, makanan, Sayang."
Alda langsung tertawa kecil. Bukan karena ucapan Jiyad yang lucu, tapi karena salah tingkah. Lagi-lagi, lelaki itu menyebutnya dengan panggilan tersebut. Alda benar-benar belum terbiasa.
"Kenapa ketawa? Emangnya saya ngelucu?" tanya Jiyad dengan tersenyum.
"Stop panggil aku kayak gitu, malu tau."
Jiyad terkekeh kecil. "Kok, malu? Kan, udah halal. Lagian, manggil kamu kayak gitu enak tau."
Alda mendengarkan sambil memakan jagung manisnya. Setelah itu, dia memandang ke langit; melihat hamparan bintang yang muncul dengan jelas. Di lain sisi, Jiyad tersenyum-senyum melihat istirnya dari samping.
"Alda, saya mau bicarain sesuatu yang Insya Allah sudah saya pikirkan baik-baik," ujar Jiyad, membuat Alda segera menoleh dengan alis tertekuk.
"Tentang apa?" tanya Alda kemudian.
"Saya mau ngundurin diri dari sekolah. Dan, saya mau kamu ikut juga."
Alda langsung terdiam karena terkejut. "Kenapa?"
Jiyad mengembuskan napas, lalu memandang langit. "Saya mau fokus ke pesantren. Bantuin abi, kak Misbah, sama yang lainnya." Jiyad menoleh pada Alda lagi. "Dan, saya gak bisa terus-terusan ngerahasiain pernikahan kita, Alda. Saya ... saya gak mau kamu diliat orang lain."
Alda berkontak mata sangat dalam dengan Jiyad begitu kalimat tersebut selesai diucapkan.
"Jadi, menurut kamu gimana?" tanya Jiyad.
Alda memutus kontak mata mereka, dan melihat ke arah lain sambil berpikir.
"Kalo kamu gak setuju dan mau lanjut sekolah sampai lulus, itu hak kamu. Saya gak bisa larang dan akan ngalah," kata Jiyad kemudian, lalu memakan jagungnya kembali.
Alda menoleh. "Aku ... aku ikut sesuai keinginan kamu aja, Jiyad."
Mendengar jawaban Alda, Jiyad balas menoleh.
"Sebagai seorang istri, aku harus nurut sama perkataan kamu. Aku bakal ikut ngundurin diri. Dan jujur, aku juga gak bisa nyimpen rahasia tentang pernikahan kita terus-terusan. Daripada ketahuan sama orang lain, lebih baik kita sendiri yang ngasih tau hal itu ke mereka, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JIYAD
Fiksi Penggemar‹ 𝐉𝐈𝐘𝐀𝐃 › ft Park Jongseong ❝Saya akan berusaha memantaskan diri agar bisa membimbing kamu menuju surganya Allah, Alda.❞ - Muhammad Jiyad Al-Hanan.