29 : rumor

1.1K 147 30
                                    

"Akhir-akhir ini kamu keliatan bahagia terus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhir-akhir ini kamu keliatan bahagia terus. Kenapa, nih? Ada apaan? Pasti ada sesuatu, ya? Gak mungkin banget kalo gak ada penyebabnya," tutur Arumi setelah tiga hari ini menyadari ada yang berbeda dari Alda.

"Kamu apaan, sih. Aku biasa aja padahal. Emang keliatan bahagia banget?" tanya Alda setelah menoleh pada Arumi yang duduk di sebelahnya.

Arumi langsung mengangguk, lalu menangkup pipi Alda dan mengamatinya secara terang-terangan. Alda tersenyum, kemudian tertawa kecil setelah temannya itu menurunkan tangan.

"Mungkin aku keliatan bahagia karena kak Mahesa hari ini pulang ke rumah," ujar Alda kemudian.

"Kakak kamu yang ganteng itu?"

"Emangnya kak Mahesa ganteng?" Alda terheran-heran.

"Kamu adiknya, jadi gak mengakui kegantengan kakak itu udah biasa. Kalo dari pandangan aku yang bernotaben temen kamu, kak Mahesa itu ganteng. Belum pernah ketemu langsung, sih, tapi tetep ganteng. Lain kali, aku harus bisa nyapa langsung. Gak lagi lewat telepon," jelas Arumi.

Alda terkekeh. Entah sejak kapan Arumi jadi menyukai kakaknya. Apa mungkin efek dari sapaan lewat telepon beberapa waktu lalu?

"Kamu beneran suka sama kak Mahesa?" tanya Alda.

"Mungkin lebih tepatnya tertarik. Dari caranya bicara sama aku, dia pasti tipe-tipe cowok lembut dan penyayang," kata Arumi.

"Padahal aslinya nyebelin tau. Dia selalu gangguin aku dan bikin kesel terus," balas Alda.

"Namanya juga saudara. Meskipun nyebelin, kamu pasti punya rasa syukur karena dapet kakak seperti kakak kamu."

Alda mengangguk. "Kamu bener. Meskipun nyebelin, kak Mahesa itu kakak terbaik di dunia. Dia penyayang dan selalu jaga aku. Rasanya selalu aman kalo lagi sama dia," jujurnya kemudian.

"Tuh, kan."

"Eh, omong-omong, kok, Anna sama Angga belum ke kelas lagi, ya? Mereka pergi kemana dulu kira-kira?" Alda menoleh ke pintu. Dua temannya itu belum kembali setelah tadi mengatakan hendak pergi jajan ke kantin.

"Mungkin lagi bucin-bucinan, hari ini mereka anniversary."

"Eh, seriusan?"

"Serius. Kalo gak salah yang ke satu."

"Udah lama juga, ya ..."

"Hai, Alda."

Alda dan Arumi menoleh bersamaan pada Taha yang datang ke kelas mereka seorang diri. Melihat kedatangan cowok itu, Alda menekuk alis heran.

"Ada apa, Taha?" tanya Alda kemudian.

"Boleh ikut aku sebentar?"

"Eh, mau lo bawa kemana?" Arumi langsung menyela.

"Gue ada urusan sama Alda. Bentar doang. Cuma di bawa ke halaman belakang." Lalu Taha melihat Alda lagi. "Ada yang mau aku bicarain sama kamu."

Alda menoleh pada Arumi. Dia bingung harus membalas apa. Tapi, melihat dari kedua mata Taha, cowok itu sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Selama mereka saling mengenal, Taha adalah tipe orang yang menanggung semuanya sendiri. Termasuk kesedihannya.

[✓] JIYADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang