Behind Her Smile | 21

591 65 3
                                    

Esok paginya panas Jennie sudah sedikit turun, kepalanya masih sedikit pusing, tapi selang infusnya sudah dilepas.

"Kamu yakin udah mendingan?" Tanya Mama Kim pada Jennie yang tengah makan disuapin.

Jennie mengangguk bersemangat. Mama kim hanya menghela napas pasrah. Jika Jennie sudah menginginkan suatu hal, maka tak bisa ditentang. Sifat keras kepalanya sungguh mengakar dalam tubuhnya. 

"Abis ini istirahat dulu ya, nanti kalo udah dijemput mama bangunin." Jennie hanya mengangguk.

Jennie langsung meminum obat dan vitaminnya lalu bersiap tidur sebentar karena masih ada waktu 2 jam sebelum dijemput oleh manager.

"Sayang, bangun yuk, udah ditungguin manager dibawah." kata Mama Kim membangunkan Jennie dengan menggoyangkan tubuhnya pelan.

"Badan kamu masih anget loh, muka kamu juga masih pucet, kamu yakin mau berangkat sekarang?" tanya Mama Kim sekali lagi, berharap Jennie mau menunda keberangkatannya.

"Udah gapapa kok ma, nanti di pesawat aku bakal tidur lagi, lagian acaranya itu besok, kalo ga berangkat sekarang takutnya malah tambah kecapekan." jawab Jennie meyakinkan mamanya.

Akhirnya Mama Kim pun menyerah dan membiarkan anaknya pergi saat ini juga.

"Yaudah, kalo ada apa-apa langsung telpon mama ya, nanti mama nyusul kesana." kecup Mama Kim singkat di kening Jennie.

Berat rasanya membiarkan Jennie pergi hari ini, tapi ia berusaha menepis firasat buruknya tentang Jennie.

"Jen? lo sakit?" tanya manager yang menyadari bahwa wajah Jennie yang pucat.

"Gapapa kok, cuma kecapekan aja" jawab Jennie seadanya. manager yang sudah hapal betul dengan tingkah laku Jennie hanya menghela napas pasrah.

"Kalo gakuat gausah dipaksa, kita bisa undur penerbangannya jadi nanti malem, sekarang lo lanjut tidur aja, kita jemput Jisoo dulu." kata managernim yang hanya dijawab anggukan oleh Jennie.

Jujur, Jennie masih merasa mual, kepalanya pusing, tubuhnya lemas, dan matanya sedikit kabur. Akhirnya ia meminum obat pereda nyeri yang memang selalu ia simpan di tasnya untuk berjaga-jaga. Setelah meminum 2 tablet, ia pun menyamankan posisinya dan mulai tertidur.

Belum ada 5 menit, mata Jennie sudah terpejam sempurna, menandakan bahwa raga wanita kucing berpipi mandu itu sangat amat membutuhkan istirahat. Tapi, apa daya, pekerjaannya yang terpaku akan waktu membuatnya terus memaksakan diri. Tak ada yang peduli jika ia sakit, tak ada yang peduli jika ia tumbang, yang mereka pedulikan hanyalah seorang yang harus bersikap profesional bagaimanapun kondisinya.

-

"Eh, kok tumben udah molor aja?" tanya Jisoo yang baru masuk ke mobil sambil menunjuk Jennie.

"Lagi sakit anaknya." jawab manager seadanya.

"Hah?! Kok ga bilang gue sih?" jawab Jisoo panik dan cemas.

Ia pun langsung mengecek suhu tubuh Jennie dengan menempelkan punggung tangannya pada dahi Jennie. dan benar saja, suhu tubuhnya cukup tinggi.

"Kak, dia panas banget loh, yakin mau berangkat sekarang?" tanya Jisoo pada manager yang belum juga menjalankan mobilnya.

"Gapapa kak." Bukan, ini bukan manager yang menjawab, melainkan Jennie yang mungkin tidurnya agak sedikit terganggu. Jisoo hanya menghela napas pasrah, Jennie pasti keras kepala, lagi.

"Mau pindah kebelakang biar bisa gue peluk?" tanya Jisoo lembut.

"Boleh?" tanya Jennie lemas.

"Boleh dong, yuk pindah ke belakang aja."

BEHIND HER SMILE | JENNIE KIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang