the slope or the frappe

5.7K 825 51
                                    

ASKfm | angkasaa | 7 years ago

Anonymous14: lie or be lied to?
angkasaa: be lied to.

***

       Amarta: Hai. Udah baikan? Gue jenguk ke apartemen ya?

       Angkasa: I'm okay, kecapean aja, tapi lagi nggak di apartemen.

       Amarta: So there's no chance I can see you today?

       Aku mengamati pesan yang tidak kunjung dibalas oleh Angkasa sejak kemarin. Ini sudah dua hari sejak dia membatalkan makan siang kami. Jujur saja aku tidak bisa tidur tenang dan pikiranku melanglang buana sepanjang kelas. Mengingat wajahnya yang lebih sayu akhir-akhir ini dan lingkaran hitam di matanya, ditambah di panti asuhan dia sempat panas-panasan, belum lagi cerita dia nekat minum kopi--aku benar-benar khawatir dia sakit sendirian dan tidak ada yang mengurusnya.

      Namun, sesuatu di dalam diriku kebingungan mengapa Angkasa seakan tidak membiarkanku menjenguknya. Aku ingin sekali mendatanginya ke apartemen, tetapi dia bilang dia tidak ada di sana sehingga aku saat ini betul-betul tidak tahu dia ada di mana. Pesan-pesannya yang terkesan singkat semakin membuatku gelisah. Dia membalasku secukupnya tanpa penjelasan apa-apa. 

      Dengan track record Angkasa sebagai laki-laki yang meniduri banyak perempuan dan juga insiden Avelle yang sudah kusaksikan langsung di depan mataku, wajarkah jika ada ketakutan bahwa dia sedang membohongiku? Bagaimana jika ternyata aku belum cukup menjadi apa yang dia butuhkan? Bagaimana jika memang aku tidak akan pernah cukup untuknya?

     "Ta, bengong aja dari tadi. Mikirin yang jorok-jorok, ya? Arthur memang bikin panas ding--"

     Aku membekap mulut Aya saat dia menghampiriku di sofa sambil memegang sebungkus keripik kentang dan berceloteh asal-asalan. "Tolonglah," keluhku malas.

     Aya yang baru saja duduk di sebelahku ini asyik cekikikan. Kami sedang di studio Arthur dan sekarang duduk di ruang pemotretan, mengamati model-model silih berganti serta Arthur yang sibuk memotret. Selain karena kami bertiga memang suka hang-out bareng, motivasi main ke studio Arthur tidak lain tidak bukan adalah numpang Wi-Fi kencang dan makan gratis. Jangan judge kami. Siapa yang tidak suka Wi-Fi dan makanan gratis?

    "Diam aja," goda Aya lagi saat aku tidak mengajaknya bicara. "Mikirin apa sih? Chat lo belum dijawab sama Angkasa?"

    Aku bergumam menjawabnya sampai Aya menertawakanku. "Udah mulai, red flag-nya?" ledeknya tidak usai-usai.

    "Seneng banget lihat gue merana?" Aku mendengus. 

    "Nggak gitu. Gue cuma nanya aja. Kalau menurut lo ini bukan red flag, ya, bagus dong," balas Aya lalu menepuk bahuku.

    Aku berdecak dan mengerang kesal. "Aya... Diem deh!"

    "Makanya kenapa sih? Ada apa?" tanya Aya lebih serius. Karena dia sudah memaksa, akhirnya aku bercerita mulai dari Angkasa membatalkan janji kemarin lusa hingga hari ini.

    "Jadi dia nggak bales chat lo dari kemarin?" Aya bertanya lagi.

    "Iya."

    "Dia bilang dia nggak di apartemen?"

    "Iya."

    "Dia juga nggak bales waktu lo tanya apa kalian bisa ketemuan atau nggak?"

    "Iya."

    "Kata gue dia bohong."

    Aku menatap Aya sejenak. Dia mengangkat kedua alisnya menunggu jawabanku. Sebenarnya mempercayai ucapan Aya terasa sangat mudah saat ini. Akan tetapi, hatiku menolak itu semua. Apa yang Angkasa tunjukkan kepadaku tidak mungkin kembali dia hancurkan begitu saja apalagi di saat kami tidak ada masalah apa-apa. Aku tidak merasa buat salah kepadanya. Mungkin aku sempat menyinggung Mas Atlas, namun bukannya setelah itu kami masih berpelukkan di bawah Milky Way?

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang