the word red

5.6K 779 83
                                    

ASKfm | angkasaa | 6 years ago

Anonymous14: dimple on your left cheek—every time you smile, i wish it shines for me.
angkasaa: you're sweet :)

***

      Loving him is red.

      Taylor Swift memiliki album bernama Red dan dia memakai frasa 'loving him was red' di lagunya yang juga berjudul Red. Kurasa aku bisa memahami seluruh arti lagu di dalam album itu. Aku mengerti arti kata merah yang menjadi tema lagu-lagunya karena aku mengalaminya.

     Kata-kata penting dalam tulisan sering kali dicetak warna merah dengan tujuan demi menarik perhatian pembacanya. Lampu merah pada lalu lintas menyuruh pengendara berhenti bergerak. Simbol segitiga dan tanda seru yang mengindikasikan bahaya pun berwarna merah. Namun, kadang-kadang banyak orang melupakan itu semua. Mereka terlalu fokus pada cinta yang sering kali dikonotasikan dengan warna merah. Emoji love merah, mawar merah--keromantisan hearts and flowers menutupi fakta kalau merah juga berarti bahaya.

     Aku paham itu semua. Hanya dengan melihat Angkasa, aku mengerti apa arti merah. Angkasa menunjukkan cintanya yang penuh kesungguhan. Dia memberiku rasa bahwa apa yang kami punya ini nyata dan tidak akan bisa tergantikan. Dia membawaku ke sebuah dunia yang di dalamnya hanya ada aku dan dirinya.

    Namun, dia juga membuatku merasa bahwa hubungan kami berbahaya. Ya, aku tahu kami berbahaya dari awal. Aku tahu dia laki-laki yang tidur dengan banyak perempuan. Aku sadar dia tidak mampu memberiku kepastian. Rasanya seperti lampu merah sudah menyuruhku berhenti, tetapi aku masih saja berjalan. Kelihatannya seakan tanda bahaya sudah ada di depan mataku, tetapi aku sengaja tidak memperhatikan. Aku mengabaikan semua peringatan karena daya tarik Angkasa yang terlalu besar untuk ditinggalkan. 

    Semakin aku mengenal Angkasa, satu per satu ceritanya semakin terungkap, dan aku semakin tenggelam dalam bahaya yang memang kuingini. Semua pengakuannya masuk akal dengan beban berat di pundaknya. Aku ingat bagaimana tadi dia menatapku penuh ketakutan. Aku tidak akan bisa lupa bagaimana bibirnya bergetar ketika menceritakan kakaknya diselingkuhi dan berakhir bunuh diri di atas kasur. Ini baru Mas Atlas. Ini belum keluarganya, mantan pacarnya, partner tidur-nya--belum semuanya.

    Kupejamkan mataku. Ternyata yang paling rumit bukanlah hubungan kami, tetapi Angkasa sendiri. Dia adalah bahaya paling besar dan nyatanya, aku tidak bisa melepaskannya. Segalanya serba rawan dan aku tidak peduli karena aku terlanjur mencintainya.

    Aku yang tidur menyamping di sofa besar kamar Angkasa memutar tubuhku untuk mencari pelukannya. Namun, dia tidak ada. Kulirik angka tiga di jam digital. Apa dia memang pergi lagi subuh-subuh begini?

    Aku bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar. Aku mendapati dia sedang berdiri di samping meja makan sambil menggambar. Kertas gambarnya membentang lebar di meja bersama beberapa pensil, penggaris, jangka, kalkulator, dan sebuah buku catatan. Kemeja putih dan celana kain hitam serta wajah seriusnya itu sama sekali tidak cocok dengan banyaknya susu kotak stoberi yang bertebaran di ujung meja.

    Aku duduk di anak tangga paling bawah lalu tersenyum mengamati Angkasa. Rasanya selalu menyenangkan melihat dia menggambar. Aku tertawa tanpa suara ketika Angkasa bergumam frustrasi dan menyedot susu stroberinya seperti anak kecil. 

    "Mau dong susu stroberinya," ucapku hingga Angkasa menoleh terkejut.

    "Nggak tidur?" tanya Angkasa. "Besok kuliah, Ta."

    "Lo juga belum tidur. Jangan galak-galak, deh." Aku berdecak dan berjalan menuju meja.

    "Lagi bikin apa?" tanyaku. Angkasa langsung merangkul pinggangku saat kami berdiri bersebelahan dan mengamati gambarnya di meja.

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang