the out of reach

4.9K 751 48
                                    

ASKfm | angkasaa | 6 years ago

Anonymous14: You're all i ever wanted, someone i'll never can reach.
angkasaa: But you once said, "I hope the universe will make way for us someday"?

***

        "Mbak Amarta."

        Ya, Tuhan, ini harus sekarang banget?

       "Selamat pagi, Ibu," sapaku sopan. Aku yang sedang mengunci kamar kosku tersenyum kepada Bu Anjani. Beliau berdiri di depan pintu kamar sebelahku sambil menatapku tidak enak. Aku sudah tahu apa maksudnya.

       Bu Anjani mengusap lengannya. "Iya, pagi. Lagi sibuk, Mbak?"

       Tenagaku sudah hilang untuk basa-basi. "Nggak, Bu. Ini buat bayaran kos, ya?"

       Kedua alis Bu Anjani terangkat, mungkin dia tidak menyangka aku langsung menembak poinnya. "Iya, Mbak. Kira-kira udah bisa bayar kapan, Mbak? Mbak Amarta kan sudah dua bulan ndak bayar, ini juga sudah mau akhir bulan. Kosnya mau disewakan ke orang lain."

       "Aku bisa bayar hari ini, Bu," balasku. Mas Erlan sudah menurunkan gajiku bulan ini.

       "Mbak sungguhan?"

       Aku mengangguk. "Iya. Maaf aku terlambat, ya, Bu."

       "Ibu maklumi. Tapi Mbak Amarta sudah nggak bisa di sini lagi bulan depan karena kosnya udah ditanyain orang lain. Habisnya, Mbak bilang mau pindah. Jadi Ibu bilangnya kamar Mbak sudah kosong bulan depan."

       "Nggak apa-apa, Bu. Aku udah cari-cari kos baru kok," balasku dan Bu Anjani terlihat tertarik.

       "Jadi ke mana, Mbak? Jauh dari sini?"

       "Belum tahu, Bu. Belum dapat. Masih nyari-nyari."

       "Disegerakan, Mbak. Sudah sisa dua minggu lagi," usul Bu Anjani.

       "Iya, Bu." Aku mengangguk. "Kalau gitu aku duluan, ya, Bu."

       Setelah berpamitan, aku menuruni tangga dan mendapati Arthur yang baru saja mematikan rokok di bawah sepatunya. Dia ingin menjemputku hari ini. Aku menuruti karena aku juga tidak punya tumpangan ke kampus. Angkasa meninggalkanku sendirian tadi malam.

       "Pagi," sapa Arthur. Aku berterima kasih ketika dia membukakan pintu penumpang untukku. 

       "Tadi lama, Ta? Tumben," ucap Arthur begitu Range Rover-nya melaju di jalan raya.

       "Si Bu Anjani, biasa." Aku mengendikkan bahu.

       "Udah aman?"

       "Hari ini tinggal bayar uang kos lewat mobile banking."

       "Kalau lo butuh apa-apa, kasih tau gue aja."

       Aku tersenyum. "Iya, Arthur."

       Lalu hening. Arthur Savian memang pendiam, tetapi hari ini dia lebih diam.

      "Thur, kenapa? Kok diam?" tanyaku kepada Arthur.

      "Nggak ada apa-apa."

      Aku menghela napasku. Aku sudah cukup lelah menghadapi Angkasa yang menutupi segalanya dan berlagak seakan tidak terjadi apa-apa. Sekarang aku tidak punya minat menghadapi Arthur jika dia begitu juga.

      "Ya, udah," aku bergumam dan mengamati jendela. Langit gelap, sepertinya mau hujan.

     Akhirnya Arthur bersuara, "Kemarin gue ke kos lo. Agak malem, sih, mungkin jam sembilan karena dari studio. I brought sushi, tapi lo nggak ada."

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang