ASKfm | angkasaa | 5 years ago
Anonymous14: if i kiss you tonight, will i call you mine?
angkasaa: do you wanna be mine?***
Aku meninggalkan ruang tengah apartemen Arthur yang ramai oleh tamu dan beranjak ke dapur. Senyumku terbit melihat Arthur baru saja meletakkan sebuah kue cokelat di atas meja makan. Apron pink masih melekat di tubuhnya sehingga aku selalu tertawa setiap kali melihatnya. Sebagian besar makanan kami beli dari restoran, hanya saja untuk dessert, Arthur memaksa untuk membuat kue cokelat sendiri.
"Udah selesai, Sayang?" tanyaku.
"Baru aja selesai," jawab Arthur dengan senyum di bibirnya.
"Smells good," kataku ketika memeluknya dari samping.
"Parfumnya kan kamu yang pilihin," balasnya bangga.
Aku tertawa. "Apa sih? Orang maksud aku kuenya yang wangi."
Tawanya ikut terdengar. "Iya, deh. Terserah."
"Balik ke ruang tengah, yuk? Kita kasih tahu kuenya udah jadi."
"Okay," ucapnya lalu melepas apron dan bertanya, "Aya udah dateng?"
Aku menggeleng kemudian melirik ponselku.
Amarta: Ya, udah di mana?
Amarta: Is everything okay?
Belum dibalas sejak setengah jam lalu. Sekacau-kacaunya Aya, dia adalah manusia paling tepat waktu yang pernah aku tahu. Selama hampir sepuluh tahun aku berteman dengan Aya, perkara Aya terlambat itu bisa dihitung jari. Kalau dia terlambat pun, alasannya selalu alasan darurat seperti waktu dia terlambat datang ke acara ulang tahunku karena papanya masuk rumah sakit. Namun, hari ini aku tidak tahu dia kenapa.
"Ada emergency mungkin. Kita tunggu bentar lagi," kata Arthur sebelum mengecup keningku
Aku menghela napas. "Tapi udah jam delapan, Thur. Kita mulai makan aja tadi jam tujuh. Sampai sekarang udah pada kelar makan, dia belum ada juga."
"Nggak apa-apa. Yang penting masih ada makanan buat dia," ucap Arthur tenang.
"Iya, aku tahu. Aku bingung aja dia terlambat, tapi nggak ada kabarnya--"
Ucapanku terhenti ketika suara bel berbunyi. Arthur tersenyum lebar dan aku langsung berjalan cepat ke arah pintu. Aku membuka pintu kemudian alisku bertaut saat mendapati Aya berdiri dengan senyum yang dipaksakan.
"Maaf, ya, telat," ucapnya tidak enak.
"Lo nggak kenapa-kenapa kan?" tanyaku selagi kami berjalan masuk.
"Nggak apa-apa. Pas tadi telat aja," jawab Aya cepat sebelum ponselnya bergetar. "Eh, gue ke toilet sebentar, ya."
Ini tidak biasa. Alasan Aya terlambat tidak masuk akal. Bahkan biasanya jika dia terlambat dia akan jadi orang paling heboh satu ruangan karena langsung sibuk menceritakan drama apapun yang membuatnya terlambat. Namun, tadi Aya justru terlihat seperti orang ketakutan.
Aku kembali berkeliling untuk mengobrol bersama tamu-tamu. Aku lebih banyak berbicara bersama panitia inti ArtEx karena kebanyakan tamu ini adalah teman-teman Arthur yang tidak seluruhnya aku kenal. Makanya, aku butuh Aya di sini juga, tetapi aku tidak kunjung melihatnya sejak tiga puluh menit yang lalu dia izin ke toilet.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1
RomanceA romance novel (but as a love letter) || Completed. It's the truth, they say, that whoever comes to mind every time you look at the luminous skies is who you love, and when the dimming stars ask me, "who is it?" please remember my answer: you. i'll...