ASKfm | angkasaa | 7 years ago
Anonymous14: I really wanna know all of you...
angkasaa: Memangnya mau tahu apa aja sih?***
Hari Minggu. Dua hari Angkasa tidak membalas pesanku. Tiga hari sejak makan siang kami batal. Empat hari sejak kami bertemu terakhir kalinya. Satu minggu sejak kami berlarian sambil tertawa di parkiran.
Aku memandangi Steinway di depanku tanpa minat. Pertama kalinya, aku duduk di belakang piano dan aku kehilangan semangat. Rasanya seperti Angkasa membawa semangatku menghilang bersamanya. Aku tahu ini cuma tiga hari, bukan sebulan. Namun, ketika seseorang yang kita sayangi menghilang tiga hari tanpa kejelasan, kabut kekhawatiran di dalam diri ini membuat satu hari terasa jadi satu minggu.
"Ta, kenapa?" Mas Erlan datang dengan secangkir kopi panas dan menyerahkan kopi itu kepadaku. "Baru mau mulai udah cemberut. Minum nih."
"Thanks, Mas." Aku tersenyum kecil. "Nggak apa-apa."
"Lo tuh kalau mood-nya jelek ketebak. Nggak mau cerita nih sama gue?" pancing Mas Erlan.
"Lagi capek aja," ucapku lalu meneguk kopi. Capek hati.
"Izin aja hari ini, Ta. Nggak apa-apa kok. Gue tahu lo lagi tied up banget."
"Kok tahu gue lagi tied up?"
"Gue kan temenan sama cowok lo," balas Mas Erlan yang memasang senyum miring. "Angkasa sempat mention lo lagi sibuk ngurus proposal gitu lah."
"Kapan dia bilang?" tanyaku penasaran.
"Kemarin," jawab Mas Erlan ringan dan aku langsung membelalak. Jadi dia mengabaikan aku, tidak membalas pesanku, tidak mengangkat teleponku, dan memilih untuk berbicara dengan Mas Erlan?
"Kalian ketemu?" Aku memegang erat cangkirku.
Mas Erlan mengangguk santai. "Iya. Gue ketemu di apartemennya."
Oh, Tuhan. "Dia di apartemen?"
Anggukkan Mas Erlan lebih pelan dari yang sebelumnya dan wajahnya mulai menunjukkan kalau dia menyadari ada sesuatu yang salah. "Ada apa, Ta?"
"Angkasa... Angkasa... Angkasa sendiri aja kan, Mas?" tanyaku dengan suara bergetar.
Mas Erlan menarik cangkir kopiku dan meletakkannya di atas piano yang lid-nya masih tertutup.
"Iya, dia sendiri, Ta. Dia lagi sakit tiga hari ini. Gue udah ngajak dia ke rumah sakit dari kemarin lusa, tapi orangnya nolak, lo tahu sendiri dia batu. Baru kemarin nelfon gue minta dianter ke rumah sakit," terang Mas Erlan dengan wajahnya yang bingung. "Memang dia nggak bilang ke lo?"
Aku menggeleng. Mataku sudah panas dan pandanganku mengabur karena aku mulai berlinang air mata. Aku tidak tahu harus lega atau marah. Lega karena semua asumsi bahwa Angkasa bermain belakang adalah asumsi yang salah. Marah karena dia bohong dengan berkata dia tidak di apartemen dan membuatku sempat berpikiran buruk. Aku ingin sekali meneriakinya laki-laki bodoh lalu memeluknya karena dia malah memilih kesulitan sendiri dan aku benci itu.
"Dia cuma bilang lagi kecapekan. iMess gue nggak dibales dua hari, terakhir gue ketemu tiga hari lalu waktu dia batalin lunch gitu aja. Gue mau jenguk dia, eh, dia bilang dia nggak di apartemen. Buat apa dia bohong coba, Mas? Apa dia memang nggak mau ketemu gue? Seharusnya gue tahu dia sakit dan bisa bantu dia, tapi dia nggak mau gue datang ke apartemennya seakan dia lagi nutup-nutupin sesuatu."
![](https://img.wattpad.com/cover/151447977-288-k217856.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1
RomanceA romance novel (but as a love letter) || Completed. It's the truth, they say, that whoever comes to mind every time you look at the luminous skies is who you love, and when the dimming stars ask me, "who is it?" please remember my answer: you. i'll...