ASKfm | angkasaa | 7 years ago
Anonymous14: cantik atau baik?
angkasaa: baik dong***
Arthur tidak berubah. Hubungan kami tidak canggung dan yang paling kusyukuri adalah dia tidak menghindariku. Bahkan hari ini aku dan Aya main lagi di studionya. Hanya saja, setelah kejujuranku tentang kedekatanku dan Angkasa kepada Arthur kemarin malam, aku merasa jauh lebih lega. Aku tidak ingin terlihat seakan-akan aku menyembunyikan Angkasa. Terlebih lagi, aku tidak ingin kembali berada di situasi di mana aku membohongi mereka berdua. Kejujuran memang sulit diterima, tetapi bukankah kebohongan juga sama-sama menyakitkan?
"Jangan makan mecin terus, ih," ucap Arthur saat aku menyuap Lays. Dia merenggut Lays rumput laut dari tanganku dan memberikanku sebuah botol air mineral. "Minum. Udah gue buka tutupnya."
"Baru makan dua, astaga." Aku merampas Lays lagi bersamaan dengan air mineralnya.
Arthur berdecak dan menoleh ke Aya. "Beneran baru dua, Ya?"
Aya yang duduk di seberangku mengangguk. "Dua bungkus."
"Fitnah!" Kupukul lengan Aya sampai dia tertawa. "Dia fitnah gara-gara sebel nggak gue bagi Lays-nya."
"Habisnya pelit," cibir Aya dan aku cuma memeletkan lidah. Biarin aja. Dia juga pelit kalau soal mecin-mecinan.
"Daripada ngeledekin gue, mending lo bilang yang tadi lo ceritain ke Arthur." Aya tersenyum miring, membuatku menghela napas.
"Apa, Ta?" Kening Arthur sedikit mengerut.
Aya berdeham. "Gue melipir dulu, ya. Mau keliling-keliling," kata Aya lalu berdiri dan berjalan keluar ruangan wardrobe, meninggalkan aku dan Arthur berdua. Sialan, malah kabur!
"Ta, kenapa?" Arthur menarik perhatianku.
"Nanti Angkasa mau ke sini jemput gue," kataku dengan senyuman tipis. "Nggak apa-apa kan?"
Arthur mengangkat kedua alisnya. "Datang aja, Ta. Nggak apa-apa banget."
"Serius?" Aku meringis kecil.
Arthur tertawa pelan. Dia mengacak rambutku dan berkata, "Kenapa nanya kayak gitu sih? Serius, Ta. Memang kenapa?"
"I wanna make sure that it's okay," ucapku.
Alasan mengapa selama ini aku tidak ingin menyakiti Arthur adalah karena aku tahu dia memiliki perasaan untukku. Aya sudah dengan jelas mengatakan itu. Kalau pun Aya tidak bercerita, aku tidak bodoh untuk tidak menyadari semua perhatian-perhatian Arthur. Kedatangan Angkasa membuatku sadar bahwa aku tidak bisa membalas perasaan Arthur. Seberapa keras aku mencoba, perasaanku masih ada pada Angkasa. Maka, hal yang paling sedikit yang bisa kulakukan adalah berhati-hati terhadap perasaan Arthur dengan tidak menyakitinya terang-terangan.
"Seriously?" Arthur tersenyum. "I'm okay, Ta. Gue cuma minta lo untuk nggak menjauh. That's it and I'll be okay."
"Okay. Thank you."
Senyum Arthur melunak. "That's what friends do, right?"
Maaf, Thur.
Aku mengangguk bersamaan dengan ketukan di pintu. Angkasa datang. "Hai," sapanya.
Masih bisa kudapatkan senyum Arthur yang getir, namun dia terlihat sangat bersahabat ketika berdiri dari kursi dan menyapa Angkasa, "Halo, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1
RomanceA romance novel (but as a love letter) || Completed. It's the truth, they say, that whoever comes to mind every time you look at the luminous skies is who you love, and when the dimming stars ask me, "who is it?" please remember my answer: you. i'll...