the last chapter

11.3K 718 64
                                    

ASKfm | angkasaa | 5 years ago

Anonymous14: I love you.
angkasaa: I love you.

***

      Deru angin malam menerpa wajah dan rambutku. Jam menunjuk pukul satu pagi dan saat ini aku berada di depan sebuah rumah yang menyimpan banyak kenangan di dalamnya. Rumah Angkasa.

      Aku tidak jadi pulang setelah mendapat pesannya. Angkasa butuh penjelasan dan aku akan memberikan hal itu malam ini juga. Sepanjang perjalanan dari apartemen Arthur, aku terus merangkai kata-kata yang akan kusampaikan, tetapi pikiranku buyar ketika aku memasuki pekarangan rumah Angkasa. 

      Terlalu banyak kenangan di sini. Jika enam bulan terakhir aku dihantui beberapa kenangan tentang Angkasa, maka saat ini rasanya seperti menghampiri sarang dari kenangan itu. Tidak hanya beberapa, tetapi beribu kenangan.  

      Kurapatkan cardigan rajut di tubuhku. Mataku terpejam sesaat. Ya, aku harus menyelesaikan semuanya malam ini juga. 

      Perlahan kakiku melangkah. Aku menekan bel rumah, namun Angkasa tidak kunjung keluar. Aku melihat G-Class hitam di pekarangan sehingga aku cukup yakin dia ada di rumah. Setelah bel kelima berbunyi tanpa sambutan, akhirnya kuputuskan untuk memasukkan kode akses rumah Angkasa. Kakiku melemas dan mataku melebar beberapa saat ketika pintu terbuka dengan kode yang sama seperti kali pertama aku masuk ke rumah ini. Kode yang angkanya diambil dari tanggal ulang tahunku dan Angkasa. Ternyata dia tidak pernah mengubahnya.

      Aku kembali melangkah lebih jauh. Tidak banyak yang berubah dari rumah ini. Hanya beberapa furnitur berganti karena Angkasa menghancurkan seisi rumahnya di malam kami berakhir. Aku mencarinya, tetapi dia tidak ada di mana-mana. Aku naik ke lantai dua, mencarinya di kamar, dia tetap tidak ada.

     Ragu-ragu aku memanggil namanya, "Angkasa."

     Tidak ada sahutan. Dia tidak di rumah?

     Napasku terhembus berat. Akhirnya aku berjalan keluar. Separuh diriku merasa lega karena aku tidak harus mengatakan apa yang harus kukatakan malam ini juga. Aku masih bisa mempersiapkan diri sampai besok aku datang lagi ke sini. 

     Namun, ternyata aku salah. 

     Tanganku yang baru saja menutup pintu membeku tiba-tiba saat mendengar sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah. Pelan-pelan kuputar tubuhku. Aku terkaku saat Angkasa turun dari Lexus yang beberapa kali dia pinjamkan kepadaku.

     Debaran di dadaku menggila ketika Angkasa yang berdiri di depan pintu mobil menatapku dalam. Keterkejutan terlihat jelas di matanya. Kefrustrasian di wajahnya gagal dia sembunyikan.

     Aku menarik napasku lalu menghembusnya dengan pertanyaan yang telah lama kusimpan, "Kapan kamu sadar kalau aku Anonymous14?"

     Angkasa menyeringai dan membuang pandangannya sebelum kembali menatapku. "Kayaknya sekarang itu udah nggak penting lagi."

     "I need to know," balasku.

     Tatapannya sejenak terpaku kepadaku. Aku menunggunya berbicara, tetapi dia tetap diam. Aku terus memperhatikannya saat dia berjalan ke arahku. Ya, bahkan dengan hentakan kakinya saja dia mampu menarikku masuk ke dalam gravitasinya lebih dalam. 

     "Kenapa kamu datang ke sini, Amarta?" tanya Angkasa ketika dia berdiri di depanku.

     "Jawab pertanyaan aku dulu, Angkasa."

     Kemudian dia diam lagi. "I'm better now, Ta. I just want you to know that."

     "Bukan itu jawabannya, Sa."

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang