the interogation

9.2K 1.2K 122
                                    

ASKfm | angkasaa | 7 years ago

Anonymous14: lagi apa?
angkasaa: ini lagi minum susu stroberi sambil ngobrol sama kamu 

***

    "Hello, sorry telat. Kelas gue ngaret," Angkasa menyapa aku dan panitia inti ArtEx lainnya yang sedang berdiskusi tentang masalah anggaran di Starbucks. 

    Saat yang lain balas menyapanya, aku cuma diam. Memangnya kapan sih Angkasa nggak terlambat? Aku meliriknya lagi dan menahan tawa setelah menyadari ada sebuah susu kotak rasa stroberi ditangannya. Minuman favoritnya.

    Angkasa langsung duduk di sebelahku dan berkata pelan, "Hai. Ngantuk banget kayaknya."

    Aku hanya bergumam sebal menanggapi ledekannya, sedangkan dia tertawa kecil. Pikiranku buyar seketika begitu wangi tubuhnya bertebaran di mana-mana. Namun, aku cepat-cepat berdeham dan fokus ke laptop yang menampilkan proposal.

    "Tadi sampe mana ya? Kita mau cut budget apa?" tanyaku kepada panitia lain.

    "Pembicara, bukan? Buat talkshow di hari terakhir?" Anita mengingatkan dan aku mengangguk-angguk.

    "Tapi gue bingung deh, mau di cut gimana lagi? Ini pembicara top tier semua," balas Arthur sambil membolak-balik hard copy proposal. Dia orangnya masih konvensional kalau soal buku dan kertas-kertasan.

    "Budget segini dengan rencana lima pembicara kan masih perkiraan. Sebenarnya, menurut gue kalau pembicaranya tiga aja juga udah cukup," kataku.

    "Memang rencananya mau undang siapa aja?" Angkasa bertanya dan mendekatkan dirinya ke laptopku--padahal proposal dan semua catatan kasar sudah dikirim ke emailnya. 

    Aku membiarkan dia membaca daftar nama pembicara di laptopku. Keningnya berkerut saat membaca nama terakhir. "Kenapa mau ngundang Altair Nalendra? Dia kan pengusaha?"

   "Windy yang saranin." Aku mengendikkan dagu ke Windy sebagai koordinator divisi acara.

   Windy mengangguk. "Iya, Mas Aksa. Tapi Pak Altair Nalendra juga terkenal suka lukisan dan koleksi karyanya Van Gogh di Indonesia. Karena sekarang masih banyak yang ngomongin Van Gogh Alive, mungkin Pak Altair sebagai kolektor bisa menarik audience."

   "Dia pasti pasang tarif besar loh ini," kata Angkasa sambil memegang susu dan menggigit sedotannya.

   "Tapi worth it sih," ucapku pelan.

   "Lo pengin?" Angkasa menoleh kepadaku.

   Aku mengendikkan bahu. "I mean, talkshow about Van Gogh? Hell yes."

   Angkasa terdiam sebentar sambil mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya. "Oke, nggak masalah. Budget buat Altair nggak usah dihitung."

   "Maksudnya?" Aku mengangkat kedua alis.

   "Udah turutin gue aja," balas Angkasa sebelum meneguk air mineral. Dih, ngeselin.

   "Terus yang bayar siapa? Nanti kalau tanda tangan MoU(1) kocek-nya dari mana?" tanyaku lagi.

   "Gue kenal orangnya," katanya lagi dan aku mengangkat sebelah alisku. 

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang