RUTE 11

865 115 9
                                    

* Hallo para komplotan!! Rute 11 siap dilalui para komplotan. Selamat bergabung bersama komplotan ini!

* Author up sekarang, bonus nih hehe.

* Besok kalau Author sempet up, bakal ke Rute 12. Tapi kalau engga, Author up lagi Jumat.

.

.

.

Amel dan Jenny sedang mengeksplor sekitar villa. Mereka menyelusuri setiap jengkal pematang sawah. Kaki-kaki mereka menyatu langsung dengan alam. Beberapa kali mereka tak jarang bertegur sapa dengan orang-orang yang sedang menggarap sawah. Senyuman, dan tawa sangat terlihat jelas diraut wajah Amel dan Jenny.

Kali ini untuk pertama kalinya Amel merasakan hal yang orang bilang bahagia dalam hidup. Menikmati moment yang ada tanpa harus memikirkan masalah. Ya itulah yang dirasakan Amel sekarang, beban hidupnya seakan hilang terbawa tiupan angin entah pergi kemana.

Tidak, bukan Amel yang tidak tahu cara bahagia tapi keadaan yang selalu membawa Amel kembali jatuhkan kedalam jurang kesedihan. Sehingga Amel takut akan bahagian karena ia yakin setelah kebahagiaan yang Amel rasakan selalu akan ada kesedihan yang ia rasakan. Tapi hari ini semesta tengah baik pada Amel, membiarkan ia mencicipi kebahagian walaupun hanya untuk waktu singkat bahkan sangat singkat.

Amel dan Jenny sedang beristirahat di sebuah gubuk yang berada ditengah sawah. Amel terus mengedarkan pandangan pada hamparan sawah, bibirnya tak henti-henti mengukirkan segaris senyuman indah. Jenny menatap lekat wajah Amel dari samping, seperti terhipnotis pandangan Jenny tak luput sedetikpun dari wajah indah Amel.

Entah sejak kapan Jenny menjadi hobi memandang wajah kekasihnya. Baginya wajah dan senyuman Amel sudah cukup menjadi obat buatnya.

" Sayang.." ucap Amel memecahkan kagum Jenny padanya.

" Iya. Kenapa?"

Amel memeluk Jenny sangat erat. " Makasih Jen.. Makasih.. Aku seneng, aku bisa rasain kenyamanan dipikiran dan hatiku" kata Amel dengan nada suara gemetar.

Sedetik kemudia Jenny merasakan air mata Amel menetes mengenai tubuhnya. Jenny semakin mengeratkan pelukannya. Mengusap lembut punggung Amel mencoba menenangkannya.

" Sayang.." Jenny coba memanggil Amel. Tapi tidak ada jawaban.

Hati Jenny sangat teriris melihat Amel seperti seorang tahanan selama puluhan tahun yang sekarang bisa kembali bebas. Air mata Jenny sudah ikut berada dipelupuk matanya, tapi Jenny menahan air mata agar tidak ikut tumpah.

Selama 10 menit Amel terus memeluk Jenny tak ingin melepaskannya. Tidak untuk kali ini Amel tidak sedang berbohong dengan hatinya. Ia sungguh merasakan ketenangan dengan cara yang sederhana yang bahkan tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Dengan jalan di pemantang sawah bisa memberikannya ketenangan, kenyamanan dan itu semua karena Jenny.

Lalu apakah Amel sudah dengan tulus mencintai Jenny? Belum, ia hanya merasa berterimakasih kepada Jenny karena sudah menjadi pahlawan untuknya. Tapi apakah Amel nyaman berada disamping Jenny? Jawabannya sudah pasti iya.

" Sayang.." Jenny untuk kedua kalinya mencoba memanggil Amel.

Amel melonggarkan pelukan. " Makasih sayang"

" Sama-sama" Jenny tersenyum manis pada kekasihnya

" Kamu tau gak Mel untuk bahagia itu, kita sebenarnya gak perlu orang lain cukup dengan kita peduli akan tubuh, mengerti tubuh kita itu bisa buat kita bahagia"

" Maksud kamu?"

" Kamu kalau nuangin air kegelas terus kebanyakan melebihi kapasitas gelas maka air itu akan tumpah kan?"

SIXISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang