3. Cangkir soju

207 45 100
                                    

Malam ini begitu tenang bersama hembusan angin yang tidak terlalu kencang. Daun-daun menari, menciptakan alunan melodi yang lebih lembut dari harmonika tatkala angin yang lembut meniup. Biasanya ada Seokjin yang membisikkan kalimat-kalimat ajaib setiap kali sang adik kesulitan tidur seperti sekarang, namun sepertinya keadaan sudah berbeda, kakak cerewet itu tidak ada dan Jeongyeon kesepian.

Barangkali Yoon Boreum mengerti bahwasanya teman sekamarnya itu sedang kesulitan tidur, makanya dia mengajak untuk pergi keluar secara diam-diam setelah melewati apel malam. Dan sekarang mereka berdua berada di sebuah cafe tenda bersama secangkir teh dengan madu dan soju untuk Boreum.

"Kau berani minum soju? Kukira di usia kita belum legal," tanya Jeongyeon di sela aktivitasnya menenggak teh madu.

Boreum memberikan tanggapan berupa suara tawa kecil, diiringi dengan senyuman simpul yang membuat matanya hampir menghilang menyerupai bulan sabit. "Legal atau tidak, selagi aku bisa tidak kehilangan kendali tidak apa-apa kan? Lagipula aku adalah peminum terbaik sejak SMA, para lelaki saja sering menyerah," ucapnya diiringi suara tawa.

Ah, sepertinya Yoon Boreum terlalu bersemangat. Ini adalah usia kesembilan belas tahun, pasti akan sangat rugi jika tidak menikmati indahnya puncak usia remaja. Hidup hanya sekali, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan selagi ini masih berlanjut. Dan bersama heningnya Boreum yang telah terbuai dalam larutan soju, Jeongyeon menatapnya dengan penuh perasaan iri. Karena gadis pemilik marga Yoon itu bisa seceria ini, karena dia bisa menikmati soju di usia sembilan belas tahun, karena dia bisa tertawa tanpa beban hanya karena hal kecil.

"Kalau kita tidak pulang ke asrama malam ini... Apakah akan terasa menyenangkan? Aku ingin minum soju, juga melakukan kenakalan sekali ini saja," gumam Jeongyeon pelan sembari berjalan keluar dari wilayah cafe tenda. Lantas kakinya yang hanya dilindungi sneaker tanpa kaus kaki melangkah menuju pohon besar yang hanya sendirian saja di tengah-tengah tanah lapang.

Malam ini, malam musim panas di permulaan bulan Juli. Bintang-bintang bertaburan memenuhi langit kota, bersinar menghiasai langit malam yang gelap. Kemudian Jeongyeon duduk bersandar pada batang pohon besar tadi seraya menatap hamparan langit luas yang sedikit terhalang ranting pohon dan gedung-gedung pencakar langit. Pelan-pelan Boreum berjalan mendekatinya dan kemudian ikut duduk di samping.

"Kau kenapa?" tanya Boreum.

Jeongyeon menghela napas sembari meluruskan kedua belah kaki di atas tanah tanpa peduli meski jeans yang dia pakai akan berdebu. "Dikelilingi orang-orang protektif itu sangat membosankan. Salah satu alasan mengapa keluargaku menginginkan agar aku masuk asrama saja daripada menyewa apartemen karena mereka kelewat takut aku akan terpengaruh dunia luar." Lanjut setelahnya Jeongyeon menghela napas panjang.

Yoon Boreum perlahan ikut menyandarkan badannya pada pohon, juga ikut meluruskan kaki di sana. "Itu masih lebih baik jika dibanding dengan keluarga yang tidak memperdulikanmu sama sekali." Helaan napas Boreum terdengar berat tatkala dia menoleh sekilas ke arah Jeongyeon, sebelum gadis tersebut kembali melanjutkan ucapannya. "Ngomong-ngomong, orangtuaku bercerai sejak aku masih kecil. Dan sekarang aku tinggal dengan Ayah. Ayah itu orang yang sibuk, tidak punya waktu, dan Ibu adalah orang yang kadang suka mempermasalahkan hal kecil, kadang juga sedikit mengesalkan, perbedaan sifat itulah yang membuat mereka tidak cocok lagi. Aku lelah diperebutkan oleh Ayah dan Ibu, makanya menurutku asrama jauh lebih baik," ucap Boreum sambil tersenyum kecil lalu kembali menenggak cangkir kecil berisi soju di salah satu tangannya.

Di dunia ini, tidak ada yang hanya sendirian. Dan pada saat ini, Jeongyeon mulai mengerti bahwa di dunia ini bukan hanya dia saja yang merasakan hal-hal sulit. Barangkali bertemunya dia dengan Yoon Boreum di tempat ini adalah bagian dari takdir, yang akan membuatnya semakin mengerti makna kebersamaan yang sesungguhnya, seperti yang dikatakan Seokjin. Ah, Tuhan mempertemukan pasangan - sahabat - kekasih agar saling menguatkan, barangkali dipertemukannya Gu Jeongyeon dengan Yoon Boreum adalah bagian-bagian dari takdir yang mulai menyatu.

Epistolary: I'm Your Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang