Diingatkan kembali bahwa cerita ini berlatar di musim panas, bukan November sesuai tanggal publikasi
.
.
Mohon bantu koreksi kalo ada typo ygy🙏🏻
.
.Mama bilang, aku mirip dengannya──alasan itulah yang membuat Papa iri. Biasanya Mama akan tertawa mengejek Papa yang merajuk kemudian akan saling melempar ejekan satu sama lain dengan gelak tawa mengudara. "Ah meskipun Jiminie mirip denganku dari segi rupa, namun sifatnya tetap sama dengan Papanya. Keras kepala namun tetap tangguh menghadapi kesulitan." Mama menampilkan deret gigi rapi dengan mata yang menyipit membentuk bulan sabit saat tertawa. Tangan Mama selalu berada di depan mulut, barangkali ciri khas yang tidak pernah luput bahwasanya Mama adalah seorang perempuan yang telah dibentuk oleh keluarga kaya raya dengan tata krama yang bagus.
Aku ... mirip dengan Mama,
Barangkali alasan itulah pula yang menjadi sebab mengapa Papa selalu terluka setelah kepergian Mama.
Papa berubah. Lebih banyak diam dan jarang pulang ke rumah. Papa gila kerja, seharian di kantor rupanya tidak cukup sehingga masih memerlukan waktu malam untuk melanjutkan. Setiap hari terasa sama, tidak ada orang di rumah kecuali Jimin sendiri. Gelap gulita tanpa ada penerangan, rumah selalu kosong saat Jimin pulang sekolah.
Seminggu setelah kepergian Mama, orang tua Mama──alias nenek──datang menyerahkan sebuah berkas kepada Papa, katanya itu pembagian harta untuk Mama andai tidak tiada secepat itu. Mama mendapatkan pembagian hak atas perusahaan yang diturunkan oleh nenek, juga punya bangunan tiga lantai di pusat kota yang merupakan tempat milik Mama saat masih menekuni profesi sebagai desainer.
Namun, Papa benci saat dianggap lemah. Papa tidak suka menerima bantuan dari orang tua Mama yang jelas dari kalangan kelas atas. Maka tanpa menyentuh sedikit pun aset milik Mama, dan lebih memilih langsung mengganti nama kepemilikan dengan nama Ryu Jimin meski sang putra masih berada di usia dua belas tahun.
Papa seolah hidup tanpa jiwa, tidak punya kebahagiaan. Jimin hancur melihatnya, juga tak tega setiap kali tidak sengaja melihat Papa meneteskan air mata secara sembunyi-sembunyi.
Jimin pernah menggenggam tangan Papa, lalu bertanya "Pa, kapan kita bisa menonton pertandingan baseball bersama-sama seperti dulu?" Tapi setelah ia berkata seperti itu, Papa melepaskan tautan tangan mereka dan menatap dengan raut wajah penuh derita. Jimin menyadari bahwa dirinya tidak akan pernah bisa bangkit dan keluar dari masa lalu jika Papa terus menahannya.
Dua bulan setelah kepergian Mama, Jimin menemukan Papa sedang mengikat tali di tempat biasanya Mama menggantung pot bunga di balkon. Saat itu malam agak lebih terang karena bulan purnama, Jimin terbangun karena rasa lapar. Jimin bangun dan berjalan menuju kamar Papa, ia mengetuk pintu berkali-kali, tapi saat sadar bahwa pintu itu tidak dikunci ia langsung masuk begitu saja. Sebuah simpul tali yang diikat membentuk lingkaran berada di hadapan Papa, tingginya setara dengan dada saat Papa berdiri di atas kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epistolary: I'm Your Home✓
Teen FictionAku menulis beberapa hal tentangmu di dalam diary yang diberi judul I'm Your Home. Hanya ada beberapa hal yang ditulis di sana, karena untuk menceritakan tentang dirimu tidak akan cukup seribu halaman, tidak akan cukup waktu setahun. Kau adalah seor...