Ada beberapa hal yang tidak akan bisa kau ceritakan pada orang lain di dunia ini. Terkadang hal-hal itu datang berdesak-desakan, menyerbu bagaikan segerombol orang yang saling mendorong untuk melewati sebuah pintu kecil. Pilu pun tak mampu tergambar. Diam termenung adalah satu-satunya pilihan. Bahkan jika waktu terus berjalan. Malam berlalu dan matahari terbit, kemudian petang datang dan malam pun kembali. Malam kembali lagi dan lagi. Tahun terus bergulir, dan natal berulang.
Musim yang berganti berulang kali berulah di atas tanah, membuatnya beku lalu basah, kemudian ada saatnya kekeringan bahkan ditutupi dedaunan kering. Karena ia benci salju, maka Jimin mencintai hujan. Setidaknya ia bisa bersembunyi saat menangis. Sebelas tahun berlalu tak terasa. Sepuluh kali musim dingin dan musim panas bergantian datang. Selama itu namun tak kunjung juga ia mendapatkan satupun alasan mengapa Papa melakukan ini pada dirinya.
Sekarang hujan telah jarang datang barangkali disebabkan karena bulan telah bergeser ke ujung tahun. Ini bulan November. Terakhir yang Jeongyeon ketahui, Ryu Jimin menghilang pada bulan Agustus ... dan sampai sekarang tidak juga kembali.
Jimin pergi tanpa meninggalkan kabar pada orang lain, sehingga Jeongyeon yang terakhir bersamanya pun tidak tahu menahu. Meski mencari ke tempat-tempat di mana biasanya Jimin berada, Jeongyeon justru berakhir tanpa melihat siapapun. Jimin tidak pernah lagi terlihat di depan perpustakaan, ia juga tidak pernah terlihat latihan baseball ataupun sekedar berjalan di lingkungan kampus. Ia menghilang tanpa kabar, bahkan Sungwoon dan Sungjae yang dekat dengannya pun tidak tahu apa-apa.
Ia menghilang hampir tiga bulan tanpa kabar. Tidak ada yang mengatakan ia sakit ataupun izin ke suatu tempat seperti hendak bertanding baseball di tahun-tahun sebelumnya. Sebelumnya selama sisa bulan Agustus, Jeongyeon menangis menyalahkan diri sendiri. Mungkin gadis itu berpikir Jimin pergi karena dirinya. Atau mungkin juga merasa gagal atas segalanya. Apakah sesuatu menimpa Jimin? Ataukah ada yang harus ia selesaikan? Ataukah Jimin menyerah untuk──tidak! Ia bahkan pergi tanpa ada satupun orang yang membawakan kabar tentangnya. Karena──ya, Jeongyeon lah orang terakhir yang ia temui.
"Lukanya sudah sembuh sepenuhnya. Ini mungkin akan menjadi pemeriksaan yang terakhir jika ingatanmu memang tidak ditakdirkan untuk kembali. Ah, harusnya sejak awal kubilang ini amnesia permanen, awalnya aku ragu mengatakan karena Seokjin melarang." kata dokter sembari bicara tanpa melihat Jeongyeon yang duduk di atas kursi setelah melewati beberapa pemeriksaan. Dokter menyerahkan obat dan juga resep pada Seokjin yang berdiri di sisi kanan meja sejak tadi.
Ini pemeriksaan terakhir kata dokter. Baguslah, setidaknya Seokjin lega untuk yang satu ini. Mereka langsung pulang setelahnya, sama sekali tidak memikirkan tempat lain untuk membuang-buang waktu. "Cuacanya dingin, jangan lepas mantelmu. Dan kita akan langsung pulang." Seokjin sanggah tangan sang adik saat hendak melepaskan mantel begitu memasuki mobil. Okey, ini musim gugur, suhu akhir tahun memang seperti ini.
Selama liburan bulan ini, Seokjin merasakan perubahan yang tidak biasa dari sifat sang adik. Ia jadi sedikit sensitif apalagi ketika membahas tentang Ryu Jimin. Awalnya Jeongyeon beberapa kali menuduh Seokjin telah melakukan ataupun mungkin mengatakan sesuatu hal pada Jimin sehingga membuatnya pergi, tetapi setelah selama ini berlalu tentu bukan Seokjin penyebabnya. Seokjin juga tidak tahu. Dan setelah mengatakan 'rahasia' Ryu Jimin pada sang adik, Seokjin sama sekali tidak pernah lagi memikirkan ataupun ingin ikut campur dengan hal apapun dalam keluarga mereka.
"Tugas yang kau bilang kemarin sudah selesai?" Seokjin buka perbincangan.
"Belum. Masih butuh bantuan Taehyung." jawab Jeongyeon sambil menghela napas dan melipat kedua belah tangan di depan dada. Sesaat Jeongyeon teringat sesuatu. "Oppa! Turunkan aku di sini. Taehyung! Aku lupa Taehyung minta kami bertemu di perpustakaan kota!" Berkali-kali Jeongyeon menepuk bahu Seokjin yang sedang fokus menyetir di samping, sampai beberapa menit memelankan mobil selagi mencari wilayah yang lengang dan ia berhenti. "Di sini?" tanya Seokjin memastikan. "Lalu kau pulang sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Epistolary: I'm Your Home✓
Teen FictionAku menulis beberapa hal tentangmu di dalam diary yang diberi judul I'm Your Home. Hanya ada beberapa hal yang ditulis di sana, karena untuk menceritakan tentang dirimu tidak akan cukup seribu halaman, tidak akan cukup waktu setahun. Kau adalah seor...