5. Bukan sebuah kesengajaan

147 40 90
                                    

From Gu Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

From Gu Seokjin.

"Jeong, bagaimana hari pertamamu? Aku khawatir. Eomma dan Appa juga terus menyuruhku agar menghubungimu, tapi aku bilang bahwa kau mungkin sibuk dengan berbagai kegiatan, jadi aku mengirim pesan di jam tidur supaya kau bisa langsung membacanya esok hari saat bangun."

Hanya ada satu pesan yang dikirimkan Seokjin tadi malam. Namun sampai pukul sebelas siang kini pun tidak juga mendapatkan balasan. Pasti sang pengirim pesan itu sekarang sedang gelisah, pasti dia merasa tidak tenang saat rapat di kantor sedang berjalan. Gu Seokjin hanya punya dua pilihan: menunggu adiknya membalas pesannya──selambat-lambatnya──sampai hatinya bisa tenang, atau memilih menelpon langsung agar tahu jelas apa yang sedang terjadi pada adiknya itu.

Namun di balik kekhawatiran sang kakak, Gu Jeongyeon berdiri di atas tribun dan menghadap papan skor yang padam, mengabaikan eksistensi Yoon Boreum yang sedang membersihkan lapangan baseball dengan sapu lidi.

"Tadi malam aku tertidur di ruangan olahraga. Udara sangat dingin. Aku terlalu lelah untuk berjalan ke asrama. Sialnya lagi, penjaga memergoki aku tiduran saat menjalani hukuman membersihkan ruangan olahraga. Astaga... hanya gara-gara terlambat beberapa jam, aku malah disuruh membersihkan seluruh lantai gedung dan lapangan! Mengesalkan sekali!" gerutu Boreum sambil menginjak daun kering di atas tanah dengan keras.

"Harusnya aku tidak pergi begitu saja. Kita pergi berdua, dan malah hanya kau saja yang tertangkap. Aku benar-benar merasa bersalah padamu, Boreum."

Perlahan-lahan Jeongyeon melangkahkan kakinya menuruni anak tangga di sisi tribun, lalu memunguti dedaunan yang berserakan di atas tanah untuk membantu Boreum. "Sini, giliran aku yang membersihkan." Jeongyeon kemudian merebut sapu lidi dari pegangan Boreum, namun tangannya terlepas saat itu juga.

"Jangan," sanggah Boreum. "Sepuluh menit lagi kelas bahasa Inggris akan dimulai, kau harus hadir, Jeong."

Yang dikatakan Boreum memang benar, namun Jeongyeon tetap saja merasa bersalah atas apa yang terjadi kemarin malam. Dia menghela napas panjang sembari mengedarkan pandangan, kemudian sosok Han Taehyung yang berjalan keluar dari ruang olahraga dengan seragam baseball serta bat yang dijinjing mengalihkan perhatiannya.

Mata Jeongyeon menyipit, memperhatikan lebih jelas sosok lelaki di sana. Pada saat itu pula Taehyung menyadari bahwa seseorang diam-diam memperhatikannya. Taehyung tersenyum, kemudian melambaikan tangan. "Hai, Gu Jeongyeon!" sapa Taehyung.

Boreum ikut menolah ke arah sumber suara. Kemudian Taehyung menghampiri mereka berdua. "Kau tidak masuk kelas ya?" tanya Taehyung sebagai basa basi.

Dengan canggung, Jeongyeon menatap Boreum. Gadis Yoon itu nampak kebingungan dan menatapnya penuh tanda tanya. Jeongyeon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian tersenyum canggung. "Masih ada sepuluh menit lagi..." Kemudian gadis itu terdiam sesaat sambil menatap dua orang di hadapannya secara bergantian. "Ah, Boreum. Ini Han Taehyung, dari jurusan Sejarah semester tujuh. Dia yang membantu aku kabur dari kejaran Prof. Dongchul tadi malam."

Epistolary: I'm Your Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang