23. Berita mengejutkan

95 24 54
                                    

Musim gugur tahun ini terasa sedikit hangat dari pada tahun-tahun sebelumnya, Taehyung sadar dengan itu. Ia yang kini cuma mengenakan kaos tipis dan celana jeans yang lumayan ketat membungkus kakinya nampak baik-baik saja, padahal yang namanya udara malam meski bukan musim gugur tetep saja terasa sejuk.

"Ada lagi?" Jeongyeon beri pertanyaan tatkala melihat ekspresi Taehyung yang seperti hendak mengatakan sesuatu namun tertahan.

Taehyung sekarang berdiri di depan pagar rumahnya, berdiri dengan kaki yang nampak gelisah hingga tak henti-hentinya bergerak. Sebenarnya niat Jeongyeon kemari cuma sekedar untuk mengambil buku Sejarah Korea yang ingin ia pinjam dari Taehyung, juga sekaligus bertanya tentang tugas yang barusan ia selesaikan bersama Taehyung juga. Dan sekarang meski semuanya telah selesai, Taehyung justru tampak seperti orang yang tengah kebingungan.

Kakinya yang terus-menerus bergerak gelisah melangkah mendekat, ia maju beberapa langkah dengan langkah sedikit goyah. "Em—minggu depan aku akan bertanding baseball di olimpiade tahun ini." ucapnya sedikit ragu entah mengapa.

Jeongyeon yang mendengarnya langsung tersenyum dan juga membuat gesture ekspresi semangat dengan mulut membentuk huruf O. "Oh ya? Selagi masih libur aku bisa ikut menonton!" balas Jeongyeon bersemangat.

Di situasi ini Taehyung tiba-tiba merasa canggung, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya bergumam. "Aku mau bilang kalau Jimin juga bermain." lanjutnya lagi kini langsung memundurkan langkahnya dan menutup gerbang. Jeongyeon kaget dengan tingkah Taehyung sekarang. "Sudah ya? Kalau masih butuh bantuan buat tugasnya silakan telpon aku." Setelah mengatakan itu Taehyung langsung masuk ke kediamannya meninggalkan Jeongyeon yang masih terdiam di luar gerbang.

"Tae—" memanggilnya pun sama sekali tidak akan terdengar sebab lelaki Han tersebut terlanjur menutup pintu rumah. Melihatnya Jeongyeon cuma bisa menghela napas lantas berbalik badan menghampiri Seokjin yang kini menunggu di mobil. Taehyung sebenarnya kenapa sih?

"Sudah?" tanya Seokjin memastikan seraya mencondongkan badan ke arah pintu yang dibuka sang adik. Jeongyeon cuma mengangguk tanpa semangat seraya menjatuhkan badan pada kursi dan meletakkan buku yang tadi ia pinjam pada dashboard. "Kenapa hm?" Seokjin kembali bertanya karena penasaran.

Seokjin menjalankan mobil. Di malam ini cuacanya benar-benar dingin sehingga kaca mobil jadi berembun dibuatnya. Seokjin merasakan dingin di badan meski mengenakan mantel tebal, dan tentu saja alasannya karena adiknya yang kini duduk di kursi samping membuka jendela untuk melihat pemandangan di luar. "Jeong, kenapa? Itu kacanya tolong tutup. Dingin." Seokjin akhirnya mengeluh karena tak tahan. Sebab tak kunjung juga diberikan respon, akhirnya Seokjin putuskan untuk mengunci jendela mobil dengan satu kali menekan tombol. Jeongyeon menatapnya dengan tak suka. Oh ayolah, pikir Seokjin kenapa lagi dengan anak yang satu ini.

"Kenapa, Jeong?!" Seokjin langsung menghentikan mobil setelah menepikannya, lalu menatap sang adik yang duduk di samping. "Ya Tuhan. Jeong, kau ini kenapa sih?" Seokjin menggerutu seraya mengacak-acak rambutnya sendiri. "Kau sedang datang bulan ya?" ucap Seokjin asal, tepat ketika itu juga satu pukulan mendarat di atas kepalanya. Padahal Seokjin cuma mengatakan apa yang terlintas dalam kepalanya, sebab ini sama seperti apa yang dialami Haneul biasanya, jadi mungkinkah itu juga yang terjadi pada adiknya kini.

"Oppa, aku mau nonton baseball!"

Seokjin mengedipkan mata berkali-kali. "Apa-apaan?" tuturnya pelan nyaris terdengar seperti suara bisikan. Kini pria Gu itu menatap sang adik dengan mata menyipit, barangkali berusaha menelisik untuk mencari tahu apakah tingkahnya kini ada hubungannya dengan siklus yang biasa dialami para perempuan setiap bulannya, yang biasa ia coba pahami—namun selalu gagal mengerti—dari Haneul. Oh ayolah sebenarnya ini hanyalah hal yang sederhana, namun Seokjin gagal paham gara-gara saat SMA dulu terlalu malas memperhatikan guru saat mengajar mata pelajaran biologi. Pikirnya laki-laki tidak butuh memahami itu, sangat tidak berguna menurutnya.

Epistolary: I'm Your Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang