Jeongyeon lupa apa tujuannya semula. Ia juga tidak peduli lagi, meski Boreum mencoba menghubungi ponselnya yang tidak aktif berkali-kali karena khawatir. Mungkin dalam hal khawatir bukan cuma Boreum, tapi juga Seokjin. Jeongyeon juga lupa apa yang membuatnya langsung setuju saat Sungwoon mengajaknya untuk membawa Ryu Jimin pulang ke rumah. Sekarang justru bingung pada diri sendiri, mengapa setuju begitu saja.
Prof. Dongchul datang setelah Jeongyeon berteriak memanggil orang-orang untuk menolong Jimin, beliau bilang direktur sudah pergi entah ke mana dengan mobil. Hal itulah yang membuat Jeongyeon berinisiatif memanggil Sungwoon, dan mereka berakhir berada di kediaman Ryu Jimin sekarang.
Cahaya kekuningan dari langit senja menerobos jendela kaca kamar milik Ryu Jimin yang setengah gelap tanpa cahaya lampu. Di sanalah Gu Jeongyeon dan Jo Sungwoon berada, bertiga dalam satu ruangan bersama Ryu Jimin yang dibaringkan di kasur dalam kondisi tidak sadarkan diri. Sungwoon menarik napas panjang sembari berkecak pinggang setelah melakukan beberapa gerakan untuk memulihkan kembali sendi yang sedikit nyeri karena menggendong Jimin masuk ke dalam kamar.
Seorang wanita kisaran tiga puluh tahunan masuk ke kamar membawa baskom berisi air dingin dan handuk kecil, barangkali untuk mengompres sosok Ryu yang terbaring di kasur. Wanita itu adalah orang yang sama dengan yang Jimin panggil dengan sebutan 'eomoni'. Dia masuk dan meletakkan baskom tersebut di atas nakas dan meletakkan handuk kecil yang tadi dibawa pada dahi Jimin, juga menyalakan lampu kamar. "Tunggulah sebentar. Bibi Chae akan datang membawa minuman untuk kalian," katanya sambil tersenyum kecil sebelum akhirnya pergi keluar kamar untuk mengambil handuk yang baru.
Wanita itu masih muda, barangkali tidak lebih dari sepuluh tahun usia yang terpaut dari Jimin. Badannya bagus, tidak terlalu tinggi dan sedikit mungil. Wajahnya cantik, punya lesung pipi di sebelah kanan dan bentuk matanya indah. "Apa itu kakaknya?" tanya Jeongyeon berbisik pada Sungwoon setelah wanita tadi keluar.
Namun, Sungwoon menggelengkan kepala. "Bukan. Tapi ibu tiri. Usianya mungkin sekitar tiga puluh tiga sekarang," balas Sungwoon berbisik juga.
Jeongyeon yang mendengar perkataan Sungwoon seketika langsung menatapnya dengan mulut menganga. "Ibu tiri? Pantas saja sangat muda ... berarti Jimin dan ibu tirinya cuma punya perbedaan usia sepuluh tahun? Bagaimana hubungan mereka? Apakah dia jahat?" Jeongyeon bertanya secara asal.
Oh astaga, jangan pernah lupakan bahwa Jo Sungwoon juga hidup bersama orang tua angkat. Mrs. Jessie mengadopsinya saat masih kecil, tetapi hanya karena Mrs. Jessie bukan ibu kandung, bukan berarti perlakuan beliau berbeda dengan orang-orang pada umumnya. "Tidak. Dia sangat baik, asal kau tahu. Jika aku jadi dia, pasti aku memilih untuk kabur. Bayangkan saja kau menikah dengan pria yang jauh lebih tua usianya darimu, juga punya seorang putra yang usianya hanya lebih muda sepuluh tahun darimu. Dan kau hidup di tengah-tengah keluarga yang punya masa lalu kelam." Sungwoon lantas menatap Jimin, mendekati teman lamanya itu ketika sadar bahwa sosok Ryu yang terbaring lemas mulai kembali sadar.
Jeongyeon menatap dari pojok ruangan, memperhatikan bagaimana dekatnya Jo Sungwoon dengan Ryu Jimin. Sungwoon yang membantu Jimin untuk bagun bersandar pada kepala ranjang, dan Jeongyeon justru terdiam menatapnya.
Kamar Jimin dipenuhi dengan pernak-pernik berharga, bukan berlian ataupun emas, melainkan penghargaan. Di dalam kamarnya terdapat sebuah lemari besar yang dipenuhi hadiah dan medali yang dimasukkan di dalam kotak transparan, dan juga beberapa piala yang tersusun rapi. Dinding-dindingnya dipenuhi oleh piagam, serta foto Jimin dan anggota tim baseball-nya sejak usia dini sampai sekarang. Jujur saja Jeongyeon terkagum melihat begitu banyak pertandingan yang telah dimenangkan oleh Ryu Jimin. Namun, sayangnya mengapa semua penghargaan itu justru hanya disimpan di dalam kamar? Jeongyeon memutar isi kepala, ia membandingkan kediaman Ryu Jimin dengan kediamannya sendiri yang di setiap sudut dan dinding selalu dipenuhi oleh penghargaan milik Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epistolary: I'm Your Home✓
Teen FictionAku menulis beberapa hal tentangmu di dalam diary yang diberi judul I'm Your Home. Hanya ada beberapa hal yang ditulis di sana, karena untuk menceritakan tentang dirimu tidak akan cukup seribu halaman, tidak akan cukup waktu setahun. Kau adalah seor...