Tiba-tiba Aluna datang dengan langkah kaki yang tergesa, gadis itu langsung menampar pipi Regan dengan sangat kencang tanpa banyak kata.
Plakk
Mendengar ucapan Regan yang ingin melamar dirinya pada kedua orang tuanya itu, jelas membuat gadis itu naik pitam.
Tanpa memperdulikan reaksi dari kedua orang tuanya akan sikapnya itu. Kedua mata gadis itu berkaca-kaca, menatap Regan penuh amarah, dada gadis itu terasa sesak, napasnya tercekat.
"Kamu boleh mengambil alih tanggung jawab Mas Bian pada ibu dan adiknya, Mas. Tapi enggak dengan aku! Aku----- ngeliat muka kamu aja enggan, apalagi harus hidup bareng sama kamu----menikah? Heh---JANGAN MIMPI TUAN REGAN YANG TERHORMAT!! AKU GAK SUDI!!" Teriak Aluna di akhir kalimatnya.
Wajah gadis itu begitu sinis menatap Regan saat ini.
Sedangkan Regan yang mendapat tamparan keras dari Aluna pun, hanya dapat diam terpaku.
Lidah laki-laki terasa kelu.
"Neng----?" Panggil sang Ibu, menghampiri sambil mengelus punggung belakang gadis itu dengan lembut, guna menenangkan amarah gadis itu yang tengah meledak-ledak sekarang.
Aluna menggeleng, pandangan gadis itu tidak lepas sedikitpun dari Regan."Jangan pernah kamu menampakan diri kamu di hadapan aku lagi, Mas. Jangan----hiks----" Tubuh Aluna melemas, gadis itu menunduk, menangis dengan isakan yang begitu menyesakkan dada.
"Aluna gak mau ketemu dia lagi, Bu. Tolong suruh orang ini pergi, Aluna mohon Bu--Pak---" Mohon gadis itu terlihat begitu rapuh.
Sang Ibu hanya dapat mendekap erat tubuh sang putri, yang beberapa bulan terakhir terlihat seperti kehilangan sebagian nyawanya.
Kedua orang tua Aluna jelas mengerti perasaan anak gadisnya atas kehilangan yang dirasakan oleh gadis itu, namun keduanya tidak lupa mengingatkan Aluna untuk tetap sadar dan menerima takdir.
Kepergian Bian adalah takdir, jodoh Aluna dengan Bian hanya sampai disini. Itu adalah kenyataan yang harus Aluna terima.
Yang terlahir pasti akan kembali pada sang pencipta-Nya, kan? Cepat atau lambat. Kita hanya tinggal menunggu giliran.
Sang Ayah yang sedari kedatangan Regan tidak bersuara sedikitpun, akhirnya berdiri--menghampiri Regan yang masih terdiam terpaku di tempat----menyaksikan kemarahan dan juga kebencian Aluna terhadapnya.
Tanpa terasa air mata lelaki itu juga ikut menetes, bahkan wajah laki-laki itu memerah seperti ada yang mencekik tenggorokannya karna napas laki-laki itu terasa tercekat.
Rasanya sakit. Sangat sakit.
Rasa bersalah itu semakin menggunung ketika melihat Aluna menangis pilu di pelukan sang Ibu.
"Maafkan putri saya, nak Regan. Saya harap anda mengerti, rasa kehilangan yang dirasakan oleh putri saya---sangat begitu menyiksanya akhir-akhir ini."
Regan menoleh, dengan raut penyesalan yang terlihat jelas dari matanya. Ayah Aluna mengerti, tidak ada yang dapat menolak takdir yang sudah Tuhan tentukan untuk kita, namun memulihkan perasaan ikhlas juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Semua butuh proses.
"Untuk memulihkan hatinya, Aluna butuh waktu. Saya harap anda mengerti dan---maaf--anda harus pergi dari sini, setidaknya biarkan anak kami tenang terlebih dahulu untuk saat ini, nak."
"Maaf Pak" Ucap Regan lirih.
Ayah Aluna tersenyum tipis, menepuk punggung belakang Regan dengan pelan."Perjuangkan jika memang anda serius dengan anak saya. Insya Allah--restu saya akan saya berikan jika anda membuktikan pada saya bahwa anda memang pantas untuk putri saya." Ucapan Ayah Aluna membuat Regan menatap pria paruh baya itu-----tak percaya.
![](https://img.wattpad.com/cover/267188632-288-k115009.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS DUDA - PCY X IYA [ END ]
Random[END] Regan Alvian Baskara Duda beranak satu dengan ketampanan bak Dewa Yunani. CEO Perusahaan properti dan juga cukup dikenal oleh masyarakat seluruh negeri karna sering wara-wiri di televisi. Queenzie Renatha Putri semata wayang Regan Alvian Bask...