Chapter 23

907 107 16
                                    

"Kalau saran Mama, biarin aja Wendy ketemu sama Natha, Gan. Biar bagaimana pun Wendy itu ibu kandung dari cucu Mama." Regan menoleh, raut wajahnya menampakkan kebingungan.

Dalam hati, ucapan Mama nya ada benarnya. Walau bagaimana pun, Wendy tetaplah ibu kandung dari putri kecilnya---Natha.

Sang ibu menghela nafas pelan,"lagian Wendy juga sudah punya kehidupan baru dengan suaminya yang sekarang kan. Berdamai saja dengan masa lalu, sayang."

"Mama tau dari mana kalau dia sudah menikah lagi?"

Sang ibu terdiam sejenak,"sebenarnya Mama dan Aluna beberapa hari lalu tidak sengaja bertemu dengan Wendy di salah satu restoran langganan keluarga kita."

Dengan cepat Regan menoleh, menatap serius wajah ibunya.

"Aluna?" Sang ibu mengangguk.

Regan menunduk, terdengar suara helaan nafas kasar dari pria itu.

"Pantes saja akhir-akhir ini setiap kita ngobrol, pasti dia selalu membahas soal Wendy ke aku."

"Soal apa?"

"Random si Ma, tapi ya---yang paling bikin aku sama dia selalu berakhir dengan perdebatan sengit itu ya----bahas soal Wendy dan Natha." Jelas Regan membuat sang ibu mengangguk mengerti.

Calon menantunya itu memang benar-benar baik. Tidak salah jika putra semata wayangnya itu sangat mencintai gadis cantik itu.

"Mama minta maaf ya nak, karna keegoisan Mama dulu, hubungan kamu dan Wendy jadi seperti sekarang."

Raut wajah wanita paruh baya itu terlihat begitu sangat menyesal. Regan langsung menggenggam jemari tangan ibunya.

"Mama gak usah menyalahkan diri Mama kaya gini. Toh ini sepenuhnya juga bukan salah Mama, karna Regan cukup andil dalam hal ini, Ma."

Wanita paruh baya itu terisak,"seharusnya Mama mengerti kamu. Kalau bukan karna keegoisan Mama, kamu tidak akan pernah memiliki hubungan apapun dengan wanita itu."

Regan menatap sendu ibu kandungnya, lelaki itu merangkul bahu sang Mama dan memeluknya dengan erat.

"Regan bahagia Ma. Karna dia, Natha terlahir ke dunia."

Sang ibu mendongak dari dalam dekapan erat putranya. Regan menunduk, menampaklan senyum ikhlasnya.

"Regan tidak pernah menyesalinya, dan Aluna benar---Regan gak seharusnya melarang Wendy untuk ketemu sama Natha."

Keduanya kembali saling berpelukan. Sang ibu tersenyum dalam rengkuhan, begitu juga dengan Regan yang kini merasa sedikit lebih lega setelah mengucapkan kalimat itu.

Benar kata orang, hidup akan tenang kalau kita bisa berdamai dengan masa lalu---mau seberapa menyakitkannya itu.

Sama halnya dengan Aluna yang pada akhirnya bisa menerima dirinya atas kehilangan yang gadis itu rasakan atas keegoisannya.

Regan juga harus mencobanya kan?

***

Kediaman Aluna terlihat begitu ramai dengan banyaknya orang yang berlalu lalang dengan kesibukan masing-masing. Sedangkan gadis itu hanya terbaring santai di atas sofa panjang, yang terdapat di pojok ruang tamu.

"Kamu tuh ya, bukannya mandi. Dari pagi loh kamu itu begitu terus kerjaannya." Wanita paruh baya tiba-tiba datang sambil bertolak pinggang, menatap anak gadis nya yang masih dalam keadaan posisi terbaring santai di atas sofa.

"Kepala Aluna pusing, Bu." Sautnya enteng, dan kembali fokus pada ponselnya.

Sang Ibu mendekat, menarik telinga anak gadisnya itu dengan kencang.

MAS DUDA - PCY X IYA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang