26. Sisi Lain

437 38 2
                                    

Itachi yang merasa bahwa sekarang ia hanya sendirian dan hanya mampu mengandalkan dirinya sendiri. Ia mengira bahwa orang-orang terdekatnya yang telah tiada tidak akan bisa mendengarnya atau mungkin mereka tidak akan mau mendengarnya, tapi ia tidak tahu tentang kebenaran yang sesungguhnya.

Di dunia yang berbeda seorang gadis dengan rambut coklatnya yang panjang dan terikat dengan longgar, matanya yang berwarna coklat gelap dengan tahi lalat dibawah salah satu matanya dan berkulit putih, sedang mengawasinya.

Gadis tersebut bersandar dan menikmati malam dengan menatap rembulan yang bersinar terang. Menikmati ketenangan sambil mengawasi orang-orang yang ia sayangi, itulah yang selalu ia lakukan.

Hal tersebut selalu menjadi rutinitas Uchiha Izumi. Hanya karena ia tak mampu berada di samping mereka bukan berarti ia akan berhenti peduli dan melupakan mereka. Hal semacam itu tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Setidaknya jika ia tidak bisa di sisi mereka maka ia masih tetap bisa mengawasinya.

Sekarang setelah pembantaian yang terjadi pada klan uchiha, satu-satunya orang yang paling ia khawatirkan adalah Uchiha Itachi. Ia tahu ini adalah keputusan yang Itachi ambil tapi bukan berarti ia akan bahagia setelah ini. Rasa sakit dan kesedihan akan menyelimutinya, walau ia sudah tahu ini akan terjadi, tapi tetap saja rasanya menyakitkan melihat orang yang begitu ia kagumi menjadi seperti ini. Jadi setidaknya ia ingin mengawasinya walau tidak bisa ada di sampingnya.

Gadis itu mengawasi Uchiha Itachi setiap waktu yang ia bisa. Malam ini ia melihatnya menatap rembulan yang sama seperti yang ia lakukan, tapi hal itu tidak bertahan lama. Laki-laki tersebut mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi panjang, sesuatu yang ia berikan kepadanya sebagai hadiah ulang tahunnya dan kenaikan pangkatnya di anbu. Ia hanya diam dan fokus dengan kegiatan laki-laki tersebut. Tapi ketika laki-laki tersebut membaca surat yang ada dalam kotak itu, membuatnya bertanya-tanya."Apakah ia akan sanggup membacanya?"

Tak lama setelah membaca surat tersebut, seperti yang ia kira laki-laki itu tidak sekuat yang orang lain lihat. Mungkin ia kuat, tapi hatinya cukup lembut. Melihatnya menangis rasanya menyakiti perasaannya juga. Tapi apa pun itu ia akan tetap mengawasinya. Laki-laki tersebut mengatakan sesuatu yang tertuju untuknya.

"Bagaimana bisa, kau menuliskan ini dan memberikannya padaku dengan senyuman yang terukir di wajahmu.
Kau begitu tahu tentangku dan hal-hal yang akan terjadi. Aku mengatakan kepadamu bahwa aku tidak pernah memikirkanmu di hadapanmu, tanpa rasa bersalah. Tapi kenyataannya kau mempunyai ruang tersendiri dalam diriku yang akan selalu memikirkanmu dan peduli padamu. Aku selalu enggan mengakui perasaan yang kurasakan ketika bersamamu dan selalu menepisnya. Kupikir ketika kau pergi perasaan yang kurasakan akan reda dan menghilang. Tapi nyatanya perasaan itu semakin kuat dan semakin tak bisa kusembunyikan. Aku tahu, aku tidak berhak mengatakan ini, tapi aku mencintaimu, Uchiha Izumi"

Seperkian detik ia terdiam dan terkejut. Tapi tentu saja hal semacam ini tidak akan bertahan lama.

 "Aku juga" 

 "Apanya yang aku juga?"

Gadis itu pun tersadar dan menengok ke samping, sumber suara berasal.

 "Tidak apa-apa, kok" disertai dengan dua sudut bibir yang terangkat, mengukir senyum khasnya yang hangat dan tulus.

"Bagaimana bisa orang yang tadinya hanya diam tiba-tiba berbicara" respons laki-laki tersebut.

Laki-laki itu berusia lebih tua dari Izumi. Ia memiliki rambut hitam pendek yang agak berantakan dan matanya berwarna onyx. Laki-laki itu adalah Uchiha Shisui.

"Kadang-kadang kita mengatakan sesuatu secara spontan dan tidak berpikir kan, kak Shisui"

"Kau benar, tapi bahkan jika itu spontan pasti ada pemicunya kan, lalu apa yang menjadi pemicunya, Izumi?"

"Pemicunya ya, sebuah kasih sayang dan cinta yang tak pernah padam"

"Hmmm... jawaban yang menarik, seperti biasanya" seulas senyum terbit di wajahnya.

"Terima kasih atas pujiannya. Lalu kenapa tiba-tiba kak Shisui ada disini?" 

"Sama sepertimu, untuk melihat cahaya rembulan yang sedang bersinar terang"

"Begitu"

"Kau itu tenang sekali, ya!"

Izumi hanya tersenyum tanpa membalas perkataan Uchiha Shisui, karena hal itu sudah cukup untuk menjadi jawaban. Mereka berdua bersandar di sebuah pohon dan kembali menatap cahaya rembulan dengan isi pikiran masing-masing. Namun keheningan itu tidak bertahan lama karena laki-laki itu membuka suara.

"Kau tahu, melihat rembulan seperti ini membuatku ingat tentang desa kita saat kita masih hidup"

"Kau benar kak, hanya saja disini lebih tenang"

"Ya, karena disini tak ada masalah sama sekali. Sedangkan saat masih hidup, diusia muda kita telah dihadapkan pada perang"

"Perang mungkin saja tidak terjadi, karena perang merupakan bentuk sebuah keegoisan dan rasa persaingan yang tinggi. Padahal kita makhluk yang sama, tapi kita malah menuai luka hanya karena sebuah perasaan. Sebenarnya jika kita mau membuka hati masing-masing, kenyataan bahwa kita saling memahami perasaan yang dirasakan, itu ada" Ia mengatakannya dengan penuh ketenangan.

"Kau benar, mengingat ini membuatku sedikit khawatir tentang dunia kita yang dulu. Bagaimana denganmu?"

"Daripada khawatir, aku lebih memilih untuk mempercayakannya kepada generasi yang ada, baik sekarang maupun generasi berikutnya"

"Aku setuju, khawatir disaat sekarang sudah tak ada gunanya lebih baik mempercayai seseorang"

Mereka berdua terdiam dan mengatakan kata-kata di dalam hati masing-masing.

"Itachi aku mempercayaimu" batin mereka berdua.

"Dan aku mempercayai seorang anak yang penuh cahaya dalam dirinya, aku yakin dia bisa merubah dunia. Aku sangat percaya padamu, Uzumaki Naruto" batin Izumi.

Keheningan yang menghinggapi mereka terpecahkan karena Uchiha Shisui kembali berbicara.

"Jawabanmu itu selalu mengesankanku, pemikiranmu berbeda dari banyak orang, tapi aku menyukai itu"

"Tak masalah bagiku jika kita berbeda. Tapi aku lebih suka menyebut kata berbeda dengan istimewa"

"Begitu. Kau itu memang hebat dalam menanggapi sesuatu, ya"

"Terima kasih"

Mereka berdua saling berbincang dan melempar senyum satu sama lain. Karena memiliki keyakinan dan pemikiran yang sama, hubungan ini terbentuk. Tanpa Izumi sadari ia adalah gadis istimewa untuk orang yang menjadi motivasinya.

Bagi Shisui, Izumi adalah orang yang berharga, ia meanggapnya sebagai adik perempuan layaknya Itachi di matanya. Kenyataannya, Izumi adalah gadis istimewa di mata orang-orang yang tepat. Shisui dan Izumi yang sudah layaknya seorang saudara menghabiskam malam mereka dengan perbincangan dan ketenangan di hati masing-masing.

*Terima kasih karena telah berkenan membaca dan memvote cerita ini😄. Silahkan jika ingin berkomentar, kritik, atau pun saran. Semoga cerita ini dapat menghibur dan dinikmati.

*Chapter ini original story dari author.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang