Seperti hari biasa ketika waktu istirahat telah tiba Izumi akan meninggalkan kelasnya dan pergi ke pekarangan akademi. Ia pergi ke sana sambil membawa sebuah buku beserta dengan sebuah pena. Membaca sebuah buku dan menandai beberapa bagian yang penting atau menarik itu merupakan hal yang ia sukai.
Ketika Izumi sampai di tempat tujuannya ia mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat yang tepat untuk melakukan kegiatan yang ia sukai. Namun tiba-tiba dari belakang seseorang menabrak tubuhnya. Hal itu membuat ia terjatuh dan tentu saja buku yang ia bawa pun juga terjatuh. Izumi pun bangkit dan membersihkan beberapa bagian pakaiannya yang kotor lalu mengambil bukunya yang terjatuh.
Lalu ia menyadari penanya tidak ada di sekitar tempat ia terjatuh."Dimana ya, penaku tadi? Apa karena jatuh, pena yang kubawa terlempar jauh dari sini?" batin Izumi dengan perasaan bertanya-tanya di kepala.
Izumi mengedarkan pandangannya untuk mencari penanya yang jatuh. Setelah mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat ia melihat pena yang ia cari berada di sekitaran halaman belakang sekolah. Ia pun berjalan ke sana untuk mengambil pena tersebut.
Ketika Izumi mengambil penanya yang jatuh ia melihat seseorang laki-laki di halaman belakang. Ia pernah melihat laki-laki itu sebelumnya. Laki-laki itu sibuk berlatih membidik sasaran menggunakan kunai dan shuriken. Namun hasilnya masih belum optimal karena tidak mengenai titik tengahnya.
Izumi lalu mendekati tempat laki-laki tersebut berada. Ia meletakkan buku dan penanya di tanah. Kemudian ia memperhatikan cara laki-laki itu membidik sasarannya. Ia mengerti sekarang penyebab kenapa hasil bidikannya tidak optimal.
"Kak Katsura, sepertinya bersemangat sekali membidik" kata Izumi sambil melihat seniornya itu membidik.
"Tidak, aku bukannya bersemangat tapi aku sedang berusaha agar senjataku mengenai titik tengah sasaran" jawab Katsura sambil melanjutkan kegiatannya.
"Berusaha? Untuk apa?" tanya Izumi pada seniornya tersebut.
"Agar aku layak untuk lulus dari akademi ini. Aku tidak bisa lulus jika aku tidak bisa membidik dengan benar" jawab Katsura lagi pada gadis di sampingnya.
"Apa kakak ingin bisa melakukannya agar lulus? Sebenarnya kak, lulus dari akademi lambat atau cepat itu tidak masalah sama sekali"
"Tidak, bukan seperti itu. Tapi bukan berarti aku tidak ingin cepat lulus. Namun menurutku jika aku tidak bisa menguasai semua hal dasar yang ada di akademi maka aku tidak layak untuk lulus. Ya, aku juga iri dengan mereka yang lebih muda dariku tapi bisa lulus lebih awal"
"Oh, begitu pemikiran yang bagus, kak. Tapi kakak tidak perlu iri karena jika nanti kakak lulus itu karena kerja keras sendiri"
"Ya, perkataanmu ada benarnya. Tapi tetap saja aku iri" sambil melempar senjatanya pada sasaran tapi masih dengan hasil yang sama.
"Kak, bisa pinjamkan shuriken dan kunainya?"
"Ini" sambil menyodorkan dua senjata kepada gadis yang ada di sampingnya.
Izumi mengambil kedua senjata tersebut dari seniornya. Kemudian ia mengangkat shuriken di tangan kanannya lalu melemparnya ke target sasaran. Hasilnya shuriken yang Izumi lemparkan mengenai titik tengah sasaran. Kemudian ia melakukan hal yang sama pada kunai di tangannya dan melemparkannya lagi. Dan hasilnya ia kembali mengenai titik tengah sasaran.
"Wah, bahkan gadis kecil sepertimu bisa melakukannya. Kenapa aku tidak bisa?"
"Ini tidak ada hubungannya aku seorang gadis atau tidak. Seperti yang kakak bilang sebelumnya kakak berusaha agar bisa melakukannya. Aku juga berusaha dan berlatih agar bisa membidiknya dengan benar"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
FanfictionDua orang anak kecil saling bertemu selayaknya anak kecil pada umumnya. Saling merespons namun berbeda maksud, begitulah respons alami mereka. Dan mereka bertemu kembali dalam situasi yang berbeda, situasi yang kurang bagus. Namun nyatanya ini adala...