Chapter 11 : Hal yang seharusnya tidak terjadi (5) •Bukan kencan•
Coach Washijo tampak percaya diri bahwa Tobio akan menerima tawaran yang ia ajukan itu dan berkata, "Manajer. Jadilah manajer tim voli Shiratorizawa."
"....."
Kedua alis Tobio terangkat ketika mendengar itu, tapi tidak mengatakan apapun. Dahinya tampak menimbulkan sedikit guratan. Dia merenung di dalam hati.
Manajer, huh?
Manajer..
Coach yang melihat seperti ada perang batin di perubahan raut wajah Tobio, menjadi sedikit gelisah. Tentu dia tidak boleh menyia-nyiakan pemain yang dulunya sangatlah berbakat.
Meskipun Tobio tidak lagi bermain langsung dilapangan, tapi pasti akan berguna juga; seperti menjadi pengatur strategi, atau dapat melihat kekurangan pemain dengan mudah. Itu pastilah sangat diperlukan.
Apalagi dulu ketika masih di Kitagawa Daiichi, Tobio terkenal dengan umpannya yang sangat akurat.
Yah, sangat disayangkan dengan 'insiden' lapangan itu.
Coach Washijo menjadi merasa sedikit menyesal kerena ia dulu tidak mengirimkan surat rekomendasi kepada Tobio.
"Kau bisa pikirkan tawaran itu terlebih dahulu. Saat sudah yakin, langsung konfirmasi saja padaku atau pada Saito." Ujar Coach Washijo berharap agar Tobio mau menimbang-nimbang ucapannya.
Tobio menatap Coach Washijo sebentar kemudian menghela napas. Sepertinya dia memang harus memikirkan tawaran itu. Kepala mengangguk sopan, "Akan saya pikirkan."
Coach Washijo tersenyum senang mendengarnya. Berarti masih ada harapan untuk Tobio mau menerimanya.
Merasa sudah selesai pembicaran yang mereka lakukan, Tobio sedikit membungkuk dengan kedua lengan berada di samping tubuh. "Kalau begitu, saya permisi." Coach Washijo mengangguk mempersilakan Tobio pergi.
Tepat saat dirinya akan berbalik, netra biru lautnya bertemu dengan milik Kenjiro. Dia terkekeh pelan ketika dapat melihat gejolak harapan dalam pancaran obsidian coklat tua itu.
_____
Tobio berjalan mendekati vending machine. Wajahnya langsung berubah cemberut saat mendapati semua susu kesukaannya sudah ludes habis tidak ada yang tersisa. Dia menendang pelan mesin minuman itu, sembari mendengus sebal. Badan ia sandarkan pada mesin, lalu merogoh sesuatu di dalam saku celananya.
Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan dibagian atas tengah terdapat sebuah logo ukiran mahkota berwarna putih perak yang tampak mengkilap, lalu di bagian atas ukiran tersebut terdapat tambahan tulisan K.T yang mana menunjukkan kepemilikan seseorang. Itu adalah wadah rokok pribadi milik Tobio.
Dia membuka penutupnya, kemudian mengambil satu batang rokok. Wadah itu untunglah sudah dilengkapi dengan pematik api yang berada di bagian samping kanannya, sehingga Tobio tidak perlu lagi membawa korek.
Tobio mengapit rokok itu disela-sela jari telunjuk dan tengahnya, menempelkannya pada bibir, lalu dihisap sebentar. Dirinya kembali merenung, kepalanya sedikit menunduk menatap lantai yang berlapis semen.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine, Only! - Soulmate AU
FanfictionSebuah takdir untuk saling terikat, tapi dengan paksa dirusak. Sebuah garis benang merah yang saling terhubung dengan paksa diputuskan. Takdir.. Tak ada seorangpun di dunia ini yang berani menentang takdir. Mereka hanya berani mengubahnya, tapi tida...