16. Keputusan Yang Sulit (4) •Chaos•

320 35 5
                                    

Chapter 16 : Keputusan Yang Sulit (4)Chaos•

Tobio dan Suna adalah teman sejak dari kecil. Mereka bertemu di satu sekolah yang sama. Tobio kala itu masih murid baru kelas 1 SD, sedangkan Suna satu tingkat di atasnya.

Pertemuan keduanya cukup klise sebenarnya. Tobio kecil yang saat itu duduk sendirian tidak ditemani siapapun--makan dengan menyedihkan di bangku kursi taman--bertemu dengan Suna yang baru saja kabur dari amukan teman-temannya karena menendang bola hingga tersangkut ke atas pohon.

Suna kecil berpikir bahwa Tobio kecil adalah anak orang kaya yang tidak memiliki teman, naif, dan menyedihkan, sedangkan Tobio berpikir bahwa Suna adalah orang udik dan jorok melihat dari seragamnya yang kotor yang terkena lumpuran tanah.

Suna akhirnya mengajak ngobrol Tobio. Awalnya Tobio tidak mau menanggapi. Diam saja dan sibuk dengan dunianya sendiri. Suna juga bukan orang yang menyerah begitu saja karena merasa bahwa Tobio itu menarik.

Dan lama kelamaan, Tobio mulai menyukai kehadiran Suna. Dia bahkan tidak menyadari sudah sejak kapan dia bereaksi dan menanggapi setiap komentar yang Suna berikan.

Dari sejak saat itu, Tobio akhirnya mengenal arti dari pertemanan. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, dia memiliki teman.

Yang memang benar-benar seorang teman.

.

.

.

.

.

"Capek.." ucap Tobio dengan muka sudah menunjukkan kalau dirinya lelah. Tubuh bersandar pada sandaran kursi mobil, mata berkedip-kedip dengan lemah. Ia dapat merasakan energinya terkuras habis.

Sudah seharian ini keduanya main bersama. Mereka mengunjungi beberapa tempat, seperti; game center, museum, mall, dan yang terakhir tempat makan. Setelah akhirnya keduanya mengisi perut untuk makan malam, mereka memutuskan untuk pulang. Meskipun belum terlalu malam, jam masih menunjukkan pukul sembilan, tetapi keduanya sudah merasa lelah.

Lebih tepatnya Tobio yang merasa lelah. Staminanya terkuras dengan cepat karena sehari-hari yang ia lakukan hanyalah tidur dan tidak berolahraga.

"Makanya olahraga," cerca Suna sembari fokus menyetir mobil.

"Shut up."

Suna menyetel musik yang ada di playlist mobilnya. Lantunan nada merdu yang memang menjadi lagu favorit Suna mengalun. Tobio yang mengetahui lagu tersebut, melayangkan tatapan mematikan, "kenapa harus lagu ini?"

"Bagus lagunya, favoritku," jawab Suna lalu menghum-humkan lagu tersebut dengan cengkok yang falls. Aslinya dirinya sengaja karena ingin menggoda Tobio, "♪jangAn BIlang semua ini tidak ADil. kamu JELas-jelAS tidak sADAar bAHwa telah memBUAtku SENGsArA~~~ hum.. hum nanana~~♪"

Wajah Tobio perlahan memerah mendengar lagu buatannya di cover dengan buta nada, jelek, dan mengerikan tersebut. Dia tidak terima, "nyanyi yang bener!"

"Udah bener ini," balas Suna lalu melanjutkan nyanyi dengan full power, "I don't relate to you, no! CAUSE I'D NEVER TREAT ME THIS SHITTY! YOU MAKE ME HATE THIS CITY!"

Tobio yang berada di sampingnya terpengarah melihat Suna seaktif ini menyanyikan lagu tersebut. Kedua matanya berkedip-kedip dengan terbelalak dan rahangnya jatuh. "Kumat gilanya?" Tanyanya namun tidak dijawab oleh Suna dan malah melanjutkan nyanyi.

"AND I DON'T TALK SHIT ABOUT YOU ON THE INTERNET! NEVER TOLD ANYONE ANYTHING BAD!" Dia melirik ke arah Tobio, mengajaknya agar mau bernyanyi bersama, "ayo, Tobi! Nyanyi, bi!-- CAUSE THAT'S SHIT EMBARRASSING YOU WERE MY EVERYTHING! And all that you did was make me FUCKING SAD!!!" Setelah itu Suna menghembuskan napas dengan panjang.

He's Mine, Only! - Soulmate AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang