Chapter 14 : Keputusan Yang Sulit (2)
Sejak pagi, raut wajah Tobio sudah berseri dan terlihat bahagia. Saking berserinya, membuat orang-orang yang melihat menjadi merinding. Hal ini dikarenakan Tobio bukanlah orang yang akan secara gamblang menunjukkan ekspresi. Ekspresi yang ia tampilkan ketika di sekolah kalau tidak cemberut ya datar.
Meskipun ada dari mereka yang merasa merinding ketika melihat raut kesenangan tersebut, percayalah, kebanyakan yang merinding adalah anak lelaki. Sebagian besar siswi yang melihat Tobio berubah menjadi lebih terlihat ramah tersebut, menjadi tersipu atau kalau tidak malah terpesona.
Ini membuat Goshiki tidak nyaman di meja makannya karena saking banyaknya siswi yang terus-terusan melirik ke arah mereka, atau lebih tepatnya ke arah Tobio yang sedang mengunyah makanan dengan ber-hum-hum ria dan tersenyum senang. Goshiki mencondongkan tubuh ke Tobio dan memanggil pelan, "Kags.."
"Hm?" Tobio menoleh, menatap Goshiki dengan senyum yang hampir menenggelamkan mata dan membentuk bulan sabit.
Goshiki hampir merinding ketika melihatnya. Tubuh refleks mundur dan kedua tangan berada di depan dada membentuk pertahanan diri. Siap siaga jika Tobio melemparkan pisau, dia dapat langsung menepisnya dan berlari kabur. "Kau sedang memikirkan membunuh siapa, ha?!"
"Hah?" Ekspresi Tobio langsung jatuh. Senyumnya goyah, hingga sudut bibir berkedut. Dia langsung menendang kursi Goshiki dengan sedikit tenaga yang membuat kursi itu mundur. Muncul perempatan siku-siku di dahinya. "Kau pikir aku psikopat?"
"Habisnya kau senyum-senyum sendiri! Aku kemarin baru saja nonton film yang pembunuhnya itu menyeringai lebar saat sedang membunuh seseorang. Dan senyummu itu mirip seperti itu! Aku kan jadi kepikiran!" Ujar Goshiki menjelaskan alasannya mengatai Tobio ingin membunuh seseorang.
"Tolol," cerca Tobio.
"Aku hanya was-was oke?!" Goshiki berusaha membela diri.
"Kau kujadikan korban pertama kalau gitu."
Alasan Tobio memiliki suasana hati yang baik, bahkan setelah dikatai oleh Goshiki, dirinya tidak mempermasalahkannya lebih lanjut adalah karena besok adalah hari yang ditunggu-tunggu olehnya. Ya, benar. Besok adalah sabtu. Waktu Tobio untuk pergi ke Tokyo dan bertemu dengan sahabat masa kecilnya itu. Dirinya merasa tidak sabar. Ingin hari ini untuk cepat berlalu agar dirinya bisa cepat-cepat pergi ke Tokyo.
Tobio yang sudah selesai makan, mengangkat nampan. Goshiki juga melakukan demikian. Keduanya setelah puas mengisi perut, berjalan kembali ke kelas.
Waktu dengan lama akhirnya berlalu. Bel pulang sekolah berdering yang menandakan jam untuk pulang sekolah sudah tiba. Tobio yang sedang tertidur pulas di meja, terbangun ketika mendengar bel itu. Seperti sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, yang mana otaknya langsung merespon pada suara bel sekolah.
Tobio memasukkan semua peralatan ke dalam tas. Melihat temannya masih tidur, dia langsung menendang kursinya dari belakang. "Bangun, woi!"
Goshiki langsung tersentak dan terbangun dari tidurnya. Mata sayup-sayup, berkedip-kedip dengan malas. Duduknya berubah tegak, dia mengusap air liur yang berada di samping mulut, lalu berbalik ke belakang ke arah Tobio. "Kelas udah selesai?"
"Udah, cepet beresi barangmu, ayo pulang!" Ujar Tobio sembari menendang-nendang kursi Goshiki dengan tidak sabar.
Goshiki mendecakkan lidah karena kursinya terus-terusan ditendang, dia mulai membereskan semua buku. Setelah selesai, keduanya berdiri, berjalan berdampingan menuju keluar kelas. Biasanya yang akan tampak lemas dan tidak bertenaga adalah Tobio, tapi kali ini, berbeda. Mereka berdua terlihat seperti dua orang yang bertukar kepribadian. Goshiki ketika berjalan terus-terusan menguap, sedangkan Tobio berjalan sambil mulut bersenandung dengan raut wajah berseri.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine, Only! - Soulmate AU
FanfictionSebuah takdir untuk saling terikat, tapi dengan paksa dirusak. Sebuah garis benang merah yang saling terhubung dengan paksa diputuskan. Takdir.. Tak ada seorangpun di dunia ini yang berani menentang takdir. Mereka hanya berani mengubahnya, tapi tida...