17. Keputusan yang sulit (5) •Gila•

268 35 8
                                    

Chapter 17 : Keputusan yang sulit (5) •Gila•

Tobio menatap Suna dengan aneh. Meskipun pikirannya saat ini benar-benar kacau, namun ia masih dapat berpikir secara rasional. Dia mencela, "jangan gila."

Mata Suna masih menatap jalanan malam sembari fokus melajukan mobil. "I'm not crazy."

Kageyama langsung memalingkan wajah ke samping menghindari Suna. Ia dapat menyadari dengan jelas tatapan serius itu meskipun orangnya tidak menengok ke arahnya. Tanpa sadar, ia meringkukkan tubuh ke kursi, menempel pada dinding mobil sambil memejamkan mata.

Tahan, tahan, tahan, tahan, tahan.

Tobio terus-terusan berucap dalam hati agar kewarasannya tetap bertahan. Tidak mungkin ia membiarkan Suna yang notabenenya sebagai teman, menyentuh tubuhnya. Itu bukanlah hal yang dilakukan sesama teman.

"I can help you, Tobio." Suna kembali berucap.

Ini membuat Tobio menjadi jengkel. Apa yang ada dipikirannya? Kenapa dia bersikukuh ingin membantu Tobio? Apa Suna tidak sadar jika ia membantunya, maka akan terbentuk suatu perubahan pada pertemanan mereka? Tobio tidak ingin hal tersebut terjadi. Dia menjawab dengan nada kesal, "diam dan fokus nyetir aja, Rintarou!"

"....."

Tidak lama kemudian, mobil berhenti. Tobio membuka mata. Melihat sudah berada di depan rumahnya, ia cepat-cepat ingin keluar. "Thanks for today dan sorry kau harus melihat keadaanku yang seperti ini. See ya, Rin."

Rintarou mengangguk, namun dirinya tidak menoleh ke arah Tobio. Ia menjawab dengan pelan, "see ya, bi."

Tobio membuka pintu dan berlari menuju ke dalam rumah. Ia tidak tahu kapan Suna pergi meninggalkan kediamannya. Sesaat setelah masuk rumah, sudah ada Takashi yang menyambutnya.

"Okae--" belum juga Takashi selesai mengucapkan selamat datang, Tobio sudah memotongnya.

"Jangan masuk ke kamarku apapun yang terjadi!" Perintah Tobio langsung mempercepat langkah kaki menuju kamar.

"Maaf?"

"Pokoknya jangan masuk!"

Takashi yang duduk di sofa, menatap kebingungan Tobio yang sedang tergopoh-gopoh menuju kamarnya. "Oke?"

BLAM!

KLIK

Tobio membanting pintu kamar dan menguncinya. Dia melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar mandi. Tanpa melepas pakaian terlebih dulu, shower ia hidupkan. Air langsung mengucur dari atas kepalanya, membasahi seluruh tubuh.

Gila, sudah 30 menit berlalu dan gairah yang ia rasakan belum juga surut. Mau berapa lama lagi mereka melakukannya?

Mata Tobio menatap bawah pada gundukan celana. Di bawah sana sudah terasa sesak. Kedua tangan terkepal erat, dahi menempel pada dinding. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyentuh tubuhnya sendiri. Dia tidak ingin menyentuh tubuhnya dengan memikirkan mereka berdua. Tobio menarik napasnya dalam-dalam.

Setelah sepuluh menit berlalu di bawah kucuran air, Tobio sudah dapat mengendalikan dirinya sedikit. Mandi di bawah kucuran air dingin memang dapat membantu. Ia lalu keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai bathrobe.

Rambutnya basah dengan air masih menetes di ujung rambut, tapi Tobio terlalu malas untuk mengeringkan. Ia berjalan menuju kasur, berbaring dengan kaki masih menggelantung. Gairah itu masih Tobio rasakan. Namun berbeda dengan yang tadi, Tobio sudah dapat menahannya. Dirinya harus segera mengalihkannya pada sesuatu agar tidak terlalu terfokus pada yang sedang ia rasakan.

He's Mine, Only! - Soulmate AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang