13. keputusan yang sulit

992 73 22
                                    

Chapter 13 : Keputusan yang sulit

Kenjiro mendobrak paksa pintu kamar Tobio. Berjalan dengan bersungut-sungut memasuki kamar, kaki menghentak-hentak lantai. Mata seketika menyipit melihat Tobio yang masih tertidur dengan lelap meskipun alarm di sebelahnya sudah berbunyi dengan sangat nyaring.

Dia lalu meraih bantal, melemparkan tepat mengenai muka Tobio dengan kecepatan tinggi.

Bugh!

"Babyhk!" Tobio terjingkat kaget dan langsung terbangun. Mata membulat dengan sangat lebar, benar-benar merasa terkejut. Detak jantungnya seketika berpacu dengan sangat cepat.

Kepala langsung menoleh pada Kenjiro yang masih berdiri dengan tangan bersidekap di depan dada. Matanya melotot, menatap nyalang Kenjiro. "Jiro! Kamu setan!"

"Kamu yang setan!" Kenjiro menunjuk Tobio. Tatapan sama-sama tajam. Keduanya saling melotot. "Udah tau sekarang sekolah, kenapa masih belum bangun?!"

Tobio mengerang, mendesah dengan gusar. Tangan mengusak-usak rambut yang sudah berantakan menjadi lebih berantakan karena sehabis bangun tidur.

Mendengar ponselnya masih mengeluarkan suara alarm, dia langsung mengambil, dan mematikannya. Mulut mencibir, "'kan bisa dibangunin lebih halus, bukan brutal seperti tadi."

"Puhlease ya.. kamu aja tidak dengar bunyi alarm, gimana aku mau bangunin dengan cara halus?"

"But but! Aku ta--" Tobio ingin mengelak, tapi langsung dipotong oleh Kenjiro.

"No buts! Sekarang pergi ke kamar mandi dan mandi!" Kenjiro menunjuk kamar mandi yang letaknya berada di sudut ruangan kamar. "Mandi kamu lama seperti tuan putri!"

Bibir Tobio langsung maju. Dia mulai merangkak turun dari kasur dan berjalan ke kamar mandi. Jika sepupunya sudah dalam mode galak, bisa jadi sangat menyeramkan. Maka dari itu, dia hanya diam menurut.

Kenjiro yang melihat Tobio sudah masuk ke dalam kamar mandi, pelan-pelan menghembuskan napas. Mencoba mengatur pernapasan agar kembali teratur. Terlalu marah-marah hanya akan membuatnya cepat tua.

Kenjiro memutar tubuh, lalu berjalan keluar dari kamar Tobio. Dia akan menyiapkan sarapan untuk bocah itu makan.

...

Tobio pada akhirnya hanya dibuatkan roti panggang. Dan karena waktu sudah mepet masuk jam sekolah, dia memakannya di sepanjang perjalanan.

Kenjiro melirik pada kantung mata Tobio yang terlihat menebal dan pinggiran pupil yang menjadi sedikit memerah. "Kamu begadang?"

Tobio yang mulut sibuk menguyah roti, hanya mampu mengangguk. Dia menjawab dengan mengeluarkan suara senandung, "Mnm."

"Kenapa? Mimpi buruk?"

Tobio menelan roti terakhir. Mengambil air minum yang dibawa oleh Kenjiro, meneguknya hingga beberapa kali. Dia lalu mengusap mulut menggunakan lengan baju. "Bukan."

"Lalu?"

"Chatting(an) dengan temanku." Dia menyerahkan kembali botol minum itu ke Kenjiro.

Satu alis Kenjiro naik. Tangan menerima botol minum, lalu memasukkan ke dalam tas. "Teman? Kamu punya teman?"

Tobio terkesiap. Satu tangan memegang dada, wajah mengernyit, berakting seolah-olah sedang menahan sakit hati akan ucapan Kenjiro. "H-hidoi na Jiro! Kau menyakiti hati kecilku!"

Kenjiro memutar mata. Raut wajahnya berubah jelek melihat reaksi berlebihan Tobio. "Jangan alay."

"Aku tidak alay. Ini kenyataan. It hurts." Ekspresi Tobio semakin menjadi.

He's Mine, Only! - Soulmate AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang