15. Keputusan Yang Sulit (3)

212 30 4
                                    

Chapter 15 : Keputusan Yang Sulit (3)

Tobio turun dari mobil. Wajah terangkat sedikit memandangi bangunan yang ada di hadapannya saat ini, atau yang biasa ia sebut sebagai rumah. Tidak seperti mansionnya di Miyagi, gaya rumah ini terlihat lebih sederhana. Bahkan besarnya jauh lebih kecil.

Tobio menatap bangunan itu dengan cukup lama. Ada perasaan berkecamuk ketika memandangi bangunan yang sudah lama kosong itu. Dia menghela napas sebentar, lalu menoleh ke arah Takashi untuk mengajaknya masuk.

Takashi tersenyum, kemudian memandu tuan mudanya untuk berjalan masuk. Mereka berdua melangkahkan kaki bersama.

Deg deg

Deg deg

Detak jantung Tobio berdetak dengan cepat. Tanpa sadar tangannya menarik kain baju Takashi sebagai pegangan. Saat kakinya akan melangkah masuk, Tobio menutup mata dengan rapat.

"Selamat datang kembali, Tobio-sama." Itu adalah suara Takashi sendiri yang menyambutnya. Tidak ada orang lain lagi. Hanya mereka berdua.

Tubuh Tobio yang semula tegang, berubah menjadi rileks secara perlahan mendengar suara attendant-nya. Kedua mata kemudian terbuka dengan hati-hati, memperlihatkan pemandangan di dalam rumah.

"....."

Aneh.

Tidak seperti yang diharapkan Tobio. Dia tidak merasakan apapun.

Dia pikir ketika dirinya kembali ke rumah, akan muncul suatu perasaan haru atau hal yang tidak ia inginkan lainnya. Namun nyatanya tidak. Dia ternyata biasa saja. Bahkan perasaan haru yang ia maksudkan, juga tidak muncul.

Tobio memandangi interior dan inferior rumah dengan tatapan datar. Ketika mengamatinya, yang dirasakan dalam hati adalah kosong dan kehampaan. Tobio terkekeh sambil menggelengkan kepala menyadari betapa sepinya rumah ini sekarang. Kakinya yang beralasan sandal, anehnya juga menyadari bahwa lantai rumahnya sangat dingin. Tidak ada jejak kehangatan lagi seperti dulu.

Tobio melepaskan genggamannya dari baju Takashi. Mengangkat wajah menatap pria blondy itu, menyunggingkan senyum. "Ternyata aku baik-baik saja, Takashi-san."

Sudut mulut Takashi membentuk senyum kecil, namun dengan mata yang sedih. Dirinya mengangguk, "Syukurlah, Tobio-sama.."

"Kalau begitu aku akan pergi ke kamarku."

Tobio kemudian berjalan ke lantai atas. Langkah kakinya sangat tenang ketika menaiki satu persatu anak tangga yang ada. Tangan kiri menyentuh pagar tangga dengan perasaan sedikit nostalgia.

Ketika sudah sampai lantai atas, Tobio melangkahkan kaki dengan tenang menuju kamarnya. Dia berjalan dan terus berjalan, sampai akhirnya berhenti di sebuah pintu kamar. Pintu kamar itu tampak tua, dengan beberapa bekas guratan pada permukaan pintu. Ketika Tobio mencoba memutar knob, pintunya tidak dapat dibuka.

"Memang seharusnya kamar ini dikunci.." gumam Tobio kemudian pergi ke kamar yang berada di paling pojok.

Sesaat setelah tiba di kamarnya, ia langsung merebahkan diri. Helaan napas lama keluar dari mulut Tobio. Kedua netra biru gelapnya berpendar memandangi langit-langit kamar. Dia bergumam lirih, seakan sedang memberitahukan kehadirannya kepada seseorang, "aku pulang." 

Mungkin Tobio harus membersihkan tubuh sekarang, lalu setelah itu tidur. Dirinya tidak memiliki waktu untuk berlarut-larut dalam pikiran liarnya. Besok adalah hari yang penting. Karena setelah sekian lama, ia akhirnya dapat bertemu dengan teman lamanya lagi.

_____

Hari berikutnya

Tobio sudah duduk di kafe dengan ditemani Thai greentea dan beberapa makanan ringan. Sembari menunggu temannya datang, ia bermain ponsel.

He's Mine, Only! - Soulmate AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang