TUJUH🕊️

168 26 6
                                    

Sampurasun🔥

Jangan lupa vote sebelum baca dan jangan sungkan untuk berkomentar🔥

Maafkan jika banyak typo🙏🔥

Thanks🔥



Thanks🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Sayang makannya pelan-pelan dong!" ucap Ariana saat melihat putranya itu memakan martabak mini dengan tergesa-gesa.

Di perjalanan pulang sekolah tadi Ariana berhenti sebentar di penjual martabak mini yang beraneka rasa, dia membelikan martabak mini itu untuk putranya, sebab Davin belum pernah mencobanya sama sekali.

"Hawbisnya enak bawnget buwnda" balas Davin dengan mulutnya yang penuh dengan martabak.

"Telen dulu sayang!" titah Ariana sambil mengelus pucuk kepala putra satu-satunya.

Ariana terus menatap Davino dengan sorot yang sangat bahagia namun terdapat juga kesedihan dan terluka dari sorot mata tersebut.

Ariana sangat bahagia akhirnya dia mempunyai seorang anak yang sangat menggemaskan, namun di satu sisi dia juga sedih dengan sikap suaminya itu yang tidak bisa menerima kehadiran Davino bahkan dia juga menyuruhnya membuang darah dagingnya sendiri.

"Habisin makanannya, habis itu kamu langsung mandi ya!" titah Ariana pada Davin yang masih asik dengan makanannya itu.

"Bunda tinggal dulu ke dapur... mau cuci piring dulu. Kamu kalo udah beres makannya langsung bawa ke dapur piring sama gelas kotornya ya!" lanjut Ariana dan mulai membawa langkahnya menuju dapur.

Setelah menghabiskan waktu 15 menit untuk mencuci piring yang kotor itu, kini Ariana dan Davino tengah berada di sofa ruang tengah.
Dimana Davino yang merebahkan dirinya dan menjadikan paha sang Bunda untuk dijadikan bantal kepalanya.

"Bunda kenapa kok Ayah gak pernah sarapan bareng?" tanya Davin tiba-tiba sambil menatap Bundanya dari bawah.

"Ayah kan harus kerja sayang... ayah sebenernya pengen banget sarapan sama kita cuma nanti kalo Ayah sarapan di rumah terus telat kerjanya gimana? Nanti ayah dipecat, kamu gak bisa beli martabak lagi" jawab Ariana menjelaskan alasan mengapa Reno tidak pernah mau sarapan di rumah, walaupun itu bukan alasan yang sebenarnya.

Davin pun hanya mendengarkan penjelasan dari Bunda walaupun dia tidak mengerti, yang dia tau hanya martabaknya saja.

Rasa kantuk seperti mulai menyerang Davino, dilihat dari Davin yang mulai menguap dan matanya yang berubah menjadi sayu. Dia nyaman tiduran dengan posisi seperti ini di atas paha sang Bunda, apalagi disertai dengan usapan lembut di kepalanya yang semakin menambah tingkat kenyamanannya.

LUKA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang