Part 31

180 36 7
                                    

Lima bulan kemudian .....


Rumah sederhana di tengah hamparan kebun sayur terlihat lebih ramai seperti biasanya.

"Wah, seger juga rumahmu, Rick. Babah suka suasananya."

Pagi itu, Ricky dan Hafsah menerima tamu dari keluarga besar ayah Ricky. Mereka akhirnya bisa menerima jika Ricky, menikahi Hafsah yang jelas tak berdarah sama dengan keluarga Ricky.

"Kecil gini, Oma sampai nggak bisa bedain mana kandang sapi mana rumah," ucap wanita berambut pendek yang berdiri di samping sang kakek.

"Yang penting nyaman, Oma."

"Kamu sih, disuruh nikah sama anaknya Koh Ahing nggak mau. Malah milih yang lain. Miskin kan kamu sekarang. Heran aku, kenapa bisa kamu mirip sama papamu!"

Audrey dan Ray mencoba mencairkan suasana.

"Oma, masuk yuk Oma, ini Aca udah masak banyak loh, enak loh masakannya."

Hafsah yang berdiri di belakang sang suami sembari menggendong Paopao tersenyum.

"Gimana? Udah hamil belum? Audrey aja udah hamil lagi, kenapa kamu belum hamil juga? Mandul ya?"

Wanita itu seketika terdiam. Ricky tentu memasang badan untuk istrinya.

"Oma, kami kan belum lama nikah. Masih pengen berdua dulu."

"Adikmu saja anaknya hampir dua! Istrimu pasti mandul!"

Ray tak tinggal diam. "Oma, anakku dua kan aku DP duluan. Kami juga ngelakuinnya nggak cuma sekali langsung jadi."

Audrey melirik suaminya, dia kesal dan malu, tetapi apa yang dikatakan Ray memanglah benar adanya.

"Aca, kami mau nginep di sini, boleh?" pinta kakek Ricky.

Hafsah seketika mengangguk. Meski mengiyakan ucapan Babah Hwang artinya menerima Oma Ricky juga untuk tinggal di sana, Hafsah menjamu mereka dengan senang hati.

"Ca, aku aja nggak betah ama tuh nenek lampir. Mama apalagi. Kita emang punya mertua malaikat, tapi nenek mertuanya huuuuh hmmm, amit-amit, Pingping, jangan kayak Mak tua ya," ucap Audrey sembari mengelus perutnya. 

"Nggak apa-apa, gitu-gitu kan mamanya papa mertua kita."

"Aca! Aca!"

Hafsah segera menjawab panggilan nenek mertuanya.

"Selimutmu kenapa tipis? Kamu nggak punya bed cover atau apa gitu? Ini selimut apa lap meja sih?"

"Maaf. Sebentar Oma, Aca ambilkan dulu."

Belum selesai Hafsah membongkar tumpukan selimutnya. Teriakan kembali terdengar.

"Aca! Wedang jahenya tambah lagi!"

Dan terus menerus teriakan itu berulang, menyuruh Hafsah melakukan ini itu.

"Mama! Mama!" tangis Paopao yang kesal karena seharian tak digendong oleh mamanya.

"Mama Aca sibuk sayang, Paopao pulang yuk sama Mommy sama Daddy."

"Nooo! Nooo! Mamaa!" teriak Paopao yang kini sudah mulai merangkak.

Mendengar keributan itu, Hafsah segera mempercepat mandinya dan menggendong Paopao setelah selesai berganti baju.

Tangis Paopao seketika mereda ketika sudah berada di gendongan Hafsah. Ia kemudian tertidur sembari meminum susu botolnya.

"Anakmu itu kenapa selalu ikut sama bibinya? Kamu nggak bisa ngurus anak?"

Kini Audrey yang kena semprot nenek berusia enam puluh tujuh tahun itu.

99 Nama-Mu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang