Part 29

161 38 19
                                    

Persiapan pernikahan diurus sempurna oleh Maryam dan Audrey. Sesekali Oma Paopao itu berkonsultasi pada calon besannya, tentang bagaimana baiknya konsep pernikahan. Tak banyak mau, pihak keluarga Hafsah hanya ingin yang sederhana saja.

Mau tidak mau Maryam menghargai keinginan sang besan. Meski ia harus meyakinkan sang suami, yang ngotot agar diadakan pesta semewah pernikahan Ray dan Audrey tahun lalu.

"Pa, papa bisa alokasikan dananya buat hadiahnya aja. Kita turuti saja kemauan besan kita. Mereka maunya begitu kan niatnya juga biar tidak memberatkan kita."

"Ma, tapi masak iya, mereka cuma minta mahar 400 dirham sama seperangkat alat salat. Apa iya Hafsah layak disejajarkan dengan nilai segitu?"

"Papa kasih aja uangnya buat dia, atau kasih mobil kek, rumah kek, deposito kek saham kek," sahut Ray sembari mengayun sang putra.

Maryam mengacungkan jempol pada putranya.

"Eh, Ricky mana sih? Kenapa belum keliatan dari tadi? Tumben nggak ikut sahur. Biasanya dia yang paling semangat bangun awal."

"Masih tahajud, tadi aku selesai duluan," sahut Ray sembari memakan rotinya.

"Wajarlah, calon penganten, pasti dia nervous. Tinggal besok loh acaranya," celetuk Audrey sembari mengaduk susu untuk suaminya.

Maryam kemudian beranjak dari kursi, ia menyusul sang putra ke kamar untuk mengajak sahur karena setengah jam lagi azan subuh berkumandang.

"Ricky," panggil Maryam.

Ia melongokkan kepalanya, sang putra masih sujud di atas sajadah.

"Masyaaallah," gumam Maryam haru. Betapa bahagianya ia ketika mendengar Ricky akhirnya yakin untuk memeluk kepercayaan yang sama dengannya.

Kini, kedua putranya begitu taat beribadah sesuai kepercayaan baru yang mereka anut. Sejatinya, sejak kecil, Maryam sudah menanamkan nilai-nilai islami pada anak-anaknya. Namun, hanya Rachel atau Rara, yang meresapi keimanan dengan baik karena tumbuh besar dalam pengawasannya.

Berbeda dengan Ray dan Ricky yang tinggal bersama Evelyn setelah berusia remaja. Lepas dari pengawasan Maryam.

"Allah ... Allah ...," rintih Ricky.

Maryam menyadari ada sesuatu yang terjadi pada sang putra.

"Nak! Nak! Kenapa?"

"Allahu Akbar ...."

Pria itu mencoba meneruskan salatnya meski kondisinya sudah penuh keringat dingin dan bibirnya membiru. Ia menyelesaikan bacaan takhiyat akhirnya serta salam sebelum ambruk.

"Papaaaa! Ray! Cepet sini!" teriak Maryam.

Kepanikan seketika terjadi. Mereka membawa Ricky ke rumah sakit. Audrey segera menelpon Hafsah mengabarkan jika Ricky jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

*****

"Hasan! Hasan! Anter Mbak ke rumah sakit Kasih Ibu sekarang! Koko sakit dia dibawa ke sana!" teriak Hafsah panik.

Hasan yang baru selesai tahajud segera mengantar sang kakak bersama si bungsu Husein. Di sepanjang perjalanan, Hafsah tanpa putus berdoa. Ia sangat khawatir pada kondisi sang calon suami.

Saat sampai, ia menemukan Ray, Rio, dan Maryam di lorong IGD.

"Mama, Koko kenapa?" tanya Hafsah sembari menangis.

"Luka pasca operasinya infeksi lagi. Dan sepertinya juga dia kecapean."

Hafsah menggumamkan istigfar. Tak lama seorang perawat mengabarkan jika Ricky sudah ditangani dan akan dipindah ke ruang rawat inap.

99 Nama-Mu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang