8.1 ; The Wedding Debt

7.5K 1.1K 40
                                    

Ciri-ciri yang Tulip tunjukkan membuat Hippo cemas. Kemarin tubuhnya yang bersuhu hangat, lalu sekarang mual dan muntah dengan suara yang mengerikan. Hippo yang sudah lebih nyaman karena rasa sakit akibat tendangan Tulip sudah berangsur menghilang mengamati perempuan yang kini sedang berusaha mengeluarkan isi perutnya. Padahal tidak ada lagi yang keluar dari mulut Tulip, tapi mual yang dirasakan mendorongnya untuk terus memaksa keluar isi perut yang kini hanya tersisa cairan yang diludahkan Tulip ke wastafel.

Bukan maksud Hippo bersikap selayaknya pria pengecut dengan berdiri agak jauh dari Tulip berada sekarang. Hippo juga tidak jijik sama sekali dengan apa yang keluar dari mulut Tulip. Namun, perempuan itu melarang keras Hippo mendekatinya.

"Jangan coba ke sini! Saya bakalan marah banget kalo sampe kamu ke sini, Mas!"

Hippo tidak berani untuk melanggar karena baru saja dirinya dimaafkan sebelum terkena tendangan kaki Tulip. Ketimbang didiamkan lagi dan berpotensi impoten karena terlalu sering ditendang, Hippo lebih baik menjaga jarak tanpa melepaskan pengawasan dari perempuan itu.

Setelah beberapa menit dihabiskan untuk menenangkan mual Tulip, barulah mereka pindah ke sofa dan Hippo menghubungi OB untuk membawakan teh hangat ke ruangannya yang telah dibuka kuncinya tadi.

"Kamu sakit tapi memaksa tetap masuk kerja. Kalo saya minta istirahat, kamu marah-marah."

Tulip diam dan sibuk menutup mulutnya dengan tisu yang ada di meja.

"Padahal saya tadi baru nyari-nyari soal perempuan yang gampang ngantuk dan suka marah-marah. Saya mau ajakin kamu pulang ke apartemen karen ternyata faktor terbesar kenapa perempuan suka marah dan mengantuk itu salah satunya karena kurang bercinta."

Kini Tulip menatap pria itu dengan tak percaya. "Kurang bercinta?" sahut Tulip dengan tanya.

"Iya. Kurang bercinta, makanya kamu mudah ngantuk dan gampang marah."

"Kamu bilang kurang bercint Mas? Apa kamu nggak sadar? Sebelum saya marah, yang kita lakukan itu kegiatan apa namanya, Mas?"

"Seks."

"Ya, nama lainnya bercinta, kan? Kenapa malah bilang kurang? Justru harusnya kelebihan!" marah Tulip.

"Ya, tapi dari google memang keluar hasilnya kurang bercinta, Tulip."

"Itu karena kamu mau pakai alasan yang sama untuk mengajak saya melakukannya, kan, Mas? Padahal saya yakin masih ada artikel lain yang membahas hasilnya selain kurang bercinta, kan?"

Hippo menggaruk pelipisnya. "Ya, begitu. Mau gimana memangnya? Saya lebih percaya hasil pencarian di bagian teratas."

Tulip memutar bola matanya dengan malas. "Terserah."

"Permisi." Salah seorang OB masuk setelah mengetuk dan membawakan dua gelas teh untuk ditaruh di meja Hippo. "Ini teh-nya, Pak."

"Iya, terima kasih."

"Sama-sama, Pak." Lalu Ob tersebut menatap ke arah Tulip. "Cepet sembuh, Mbak Tulip."

"Terima kasih, Mang Ojan."

"Iya, sama—"

"Jangan kelamaan di sini! Cepet kerja!"

Hippo tak suka melihat ada pria lain yang genit terhadap Tulip. Perempuan itu hanya menggelengkan kepala dan tidak bisa berkata apa-apa dengan sikap yang atasannya tunjukkan untuk OB tersebut.

"Kita ke rumah sakit habis ini."

Tulip belum sempat untuk menyeruput teh-nya karena ucapan Hippo.

"Buat apa?"

"Mengetahui keadaan kamu, kondisi tubuhmu. Prediksi kuang bercinta sepertinya kurang tepat karena sekarang kamu ada gejala mual dan muntah. Saya takut lambung kamu kenapa-napa. Saya nggak mau kamu kena tifus atau penyakit lain."

Tulip memperkirakan apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Namun, dia tidak tahu apa. Ini benar-benar jauh dari kondisi tubuhnya yang biasanya tidak pernah drop begini.

"Habis ini maksudnya pulang kerja, kan, Pak?"

"Habis ini maksudnya adalah setelah teh kamu habis."

"Kerjaan kantor gimana, Pak? Yang ada malah nanti bikin rumor makin menyebar pesat."

"Kondisi kamu yang begini kamu dirumorkan apa memangnya?"

Tulip terdiam. Dia juga merasa tak nyaman dengan tubuhnya yang lemas dan mudah lelah. Ya, memangnya akan dirumorkan apa jika sakit? Dengan polos Tulip tidak memperkirakan bahwa karyawan wanita di kantor lebih jeli daripada pendeteksi kehamilan yang lebih akurat ketika digunakan di pagi hari saja. 

The Wedding Debt / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang