10.5 ; The Wedding Debt

8.7K 1K 18
                                    

Seiring berjalannya waktu, kehamilan Tulip juga bertambah usianya. Dan Hippo tahu dirinya sudah sangat berjalan jauh ketika menyadari bahwa Tulip kini justru membatasi diri dengannya. Hippo menyadari ludahnya tertelan dengan sulit ketika dirinya pulang terlambat dan mendapati Tulip mengenakan dress tidurnya yang berwarna peach dengan motif bunga-bunga. Pakaian itu terlihat biasa saja, tapi isi pikiran Hippo yang berlebihan. Semua itu karena adanya kerutan dibagian dada Tulip yang semakin penuh semenjak hamil. 

"Belum tidur?" Hippo mencoba bertanya, berbasa-basi pada Tulip yang semula terkejut dan bisa kembali tenang mengisi gelasnya dengan air minum.

"Udah, kebangun karena haus." 

Jawaban perempuan itu bahkan terkesan sangat singkat dan tidak peduli terhadap Hippo. Pria itu rasanya ingin menangkap Tulip dan menariknya ke tempat tidur segera. Siapa yang dari awal bilang pengen nggak nyentuh selama masa kehamilan!? Hippo berulang kali mengingatkan dirinya sendiri yang hampir tidak bisa mengendalikan diri. 

"Cuma pengen minum?" tanya Hippo lagi. Entah kenapa mereka jadi berjarak seperti ini, padahal sebelum kehamilan Tulip, mereka bisa bertukar ludah tanpa canggung dan sama sekali tidak membutuhkan basa basi. 

"Hem. Kamu mau mandi?" Tulip balik bertanya dengan mengamati tubuh Hippo dari atas kepala hingga kaki.

Hippo mengangguk dengan ragu. Nggak, aku nggak mau mandi sendiri. Ingin sekali Hippo melakukannya, tapi dia mengingatkan diri kembali dengan kalimat yang dirinya katakan pada Tulip beberapa bulan lalu.

"Oh, kalo gitu aku duluan." 

Hippo tidak bisa menanggapi dengan kalimat apa pun karena Tulip sudah lebih dulu melenggang pergi. Harusnya Hippo bisa tenang dengan sikap Tulip yang cuek, tapi dirinya malah mendapati diri semakin sulit menelan ludah karena bayangan bokong Tulip yang bergerak bagaikan pantulan bola basket di lantai. Dia nggak pake celana dalam? Pertanyaan itu muncul seiring dengan kernyitan di dahinya. Dia bukan pria kemarin yang tidak tahu bagaimana ciri-ciri tubuh Tulip yang dilindungi oleh pakaian dalam dan yang tidak. Tulip hamil seperti ini juga karena intensitas menghafal bentuk tubuh satu sama lain. 

"Oh, ya!" Hippo terkejut dengan tubuh Tulip yang berbalik tiba-tba. Matanya masih berada di bagian bawah Tulip hingga perempuan itu menyadarinya dan terlihat kesal. "Kamu lihat apa!?" 

Hippo gugup hingga tidak bisa berkata-kata. "Eh ... itu ..."

"Dasar mesum!" hardik Tulip yang tak jadi menyampaikan sesuatu sebelum teralihkan dengan mata lapar Hippo tadi.

"Tulip, bukan gitu ..."

"Terserahlah!"

Lalu diam mengisi jeda mereka karena rasa canggung. 

"Tadi ... kamu mau bilang apa?" mulai Hippo setelah berdehem untuk menteralkan diri. 

Tulip menghela nafasnya lebih dulu sebelum menjawab, "Ada yang aneh selama beberapa hari ini. Aku nggak nyaman berada di rumah sendirian."

Hippo mengerutkan dahi. "Memangnya kemana bibik? Kamu dibiarin sendirian di rumah??"

"Bukan begitu. Maksudnya sendirian dalam artian nggak ada yang jadi temenku. Bibik bukan orang yang bisa nemenin aku karena bibik sibuk kerja."

"Terus kamu maunya temen apa?"

Tulip mengendikkan bahu. "Aku takut sendirian, aku merasa diawasi. Kamu bilang ada yang mencoba melukai kamu dulu dan berakibat buruk untuk orang lain. Aku jadi kepikiran kalo ada orang yang sengaja mengawasi aku di rumah ini. Aku takut kamu dilukai lagi dan begitu juga aku."

Hippo terkejut dengan laporan yang Tulip sampaikan. Apa Teresa masih berani melakukan ini? Hippo bahkan sudah tahu bahwa ayahnya bertindak tegas hingga kerjasama ayahnya dan papa Teresa digagalkan karena ulah anak manja itu. Jika bukan Teresa, siapa lagi? 

"Aku akan cari tahu, untuk beberapa waktu bersabar dan hati-hati di rumah. Aku akan sewa jasa pengamanan lebih di rumah. Kamu tenang dan jangan stres. Ingat kehamilan kamu. Anak kita harus lahir dengan selamat."

Apa pun kebodohan dan kesalahan Hippo, satu-satunya hal yang paling dia harus lakukan adalah tidak bodoh dan tidak salah untuk melindungi Tulip dan anak mereka. 

The Wedding Debt / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang