9.4 ; The Wedding Debt

6.2K 983 34
                                    

Tulip yang suntuk karena sibuk memikirkan apa dan bagaimana cara membuat hubungannya dan Hippo mencair akhirnya memilih untuk pergi ke pusat perbelanjaan diantar supir yang menunggu di parkiran tanpa mau menemani Tulip meski perempuan itu yang mengajak.

Tulip sedang sibuk memilih pakaian dalam yang sebelumnya tak pernah dia kunjungi karena takut mengocek uang dalam rekeningnya yang tak seberapa. Sedangkan sekarang, Tulip bisa menggunakan satu kartu yang rasanya tak pernah ia belanjakan sama sekali dan sudah pasti jumlah uang di dalamnya tidak main-main karena yang diberikan Hippo adalah kartu berwarna hitam. Hippo biasa menyebut kartunya Amex setiap kali mereka bicara.

Saat sibuk melihat-lihat, tak sengaja telinga Tulip yang terbuka mendengarkan percakapan seseorang dengan temannya di sana.

"Oh, fuck. Gue nggak peduli dengan semua yang laki-laki dan segala kerumitan pikiran mereka lakukan!" seru salah satu yang memakai pakaian modis sekali.

"Lo marah-marah melulu, Elle."

"Oh, jelas! Laki-laki OKB kayak dia, tuh, nggak perlu banget gue kasih kelembutan. Gara-gara dia juga gue hobi merong-merong, Sa!"

Perempuan yang lebih kalem hanya diam dan menggelengkan kepala.

"Gue benci banget gayanya yang sok cool itu, Sa. Dia belagu banget nggak mau nyentuh gue yang udah sah jadi bininya. Dia bilang gue nggak level sama dia karena gue itu OMB."

"Apaan, tuh, OMB?"

"Orang miskin baru! Gue ngatain dia OKB dan dia ngatain gue OMB. Sialan banget, tuh, laki!"

Tulip berfokus pada ucapan si modis yang memiliki keluhan yang hampir mirip dengan Tulip saat ini.

"Terus lo mau ngapain kalo dia nggak mau nyentuh lo? Mana sekarang lo milih-milih pakaian dalem begini pula."

"Aigisa wahai sahabatku, gue bakalan borong semua baju-baju seksi di sini sampe itu laki mimisan tiap gue jalan di depan dia. Biarin aja dia mabok bokong sama tetek gue. Kita lihat nanti siapa yang bakalan kalah. Gue nggak yakin otaknya ada di kepala atas, gue yakin otaknya ada di kepala bawah! Saat dia nggak bisa tahan diri, gue bakal habisin dia dengan cara gantian nolak dia. Biarin dia main sendiri di kamar mandi sambil bayangin body gue yang bohai ini!"

"Berasa jablay banget, lo, Elle."

"Eh!!! Sorry, ya, Mbak Aigisa. Gue bukan jablay."

"Terus apa, Narelle?"

"Lonte!"

Tulip ingin sekali memiliki kepercayaan diri seperti perempuan yang bicara dengan lantang atas apa yang dia inginkan itu. Mengatai dirinya sendiri dengan sebutan lonte yang kasar adalah keberanian yang luar biasa.

"Lagian, Elle. Kalo dia nggak nyentuh lo, yaudah, biarin aja. Kalo lo bersikap kayak cewek murahan di depan dia ... bukannya nurunin harga diri lo?"

"Bodo amat sama harga diri, Sa. Gue punya satu tujuan buat bikin posisi gue kuat buat jadi nyonya di rumah itu. Gue nggak mau miskin lagi."

"Tujuan lo ... punya anak?"

"Exactly! Kalo suatu saat gue sama tuh laki pisah, darah lebih kental dari air. Gue yakin dia bakalan menghidupi gue dan anak gue—yang anak dia juga. Bodo amat sama sikapnya dan cinta. Gue mau hidup nyaman dan tercukupi, Sa."

Tulip seperti ditampar oleh pernyataan si perempuan modis. Dia yang tadi pagi menanyakan kenapa Hippo tidak pernah lagi bermanja dan menyentuhnya adalah bagian dari diri Tulip yang justru haus akan belaian. Jujur di dalam diri Tulip yang tengah berbadan dua dan seringkali menginginkan hal intim memang memaksa Hippo untuk menjelaskan alasan mengapa menjauhinya. Namun, Tulip juga bisa menahannya. Sama seperti yang diucapkan Agungsyah. Jika Hippo mau menikahinya, maka biarlah anaknya dan Tulip dibiayai oleh pria itu untuk hidup nyaman.

Benar. Tulip tak seharusnya memohon untuk disentuh karena sekarang dia sudah hamil, dan yang terpenting, Hippo juga pria yang akan ada dalam ambang ketidaktahanan atas gairahnya sendiri.

Ya, ampun, Lip! Ngapain tadi bikin malu diri sendiri buat minta disentuh???

Tulip memang harus banyak belajar untuk menjadi perempuan keras hati.

[Special chapter 7 The Wedding Debt udah meluncur di Karyakarsa, ya. Monggo yang mau baca kronologi secara perlahan. Oh, iya. Aku bikin paket The Wedding Debt di Karyakarsa bagi yang gak mau beli satuan, bisa beli paket.]

The Wedding Debt / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang