13.5 ; The Wedding Debt

3.2K 311 5
                                    

Malam ini sepertinya Hippo harus mengungkapkan segalanya. Mulai dari ingatan yang istrinya lupakan hingga ... perasaan yang dimilikinya. Rupanya Tulip juga ingin tahu apa yang pria itu simpan di dalam hati. Padahal, Hippo pikir Tulip tidak begitu mempedulikan mengenai perasaan Hippo karena merasa mereka sudah memiliki Nania.

"Aku pernah mengatakan bahwa aku nggak bisa menahan diriku untuk kamu saat kita menjadi atasan dan bawahan yang memiliki hubungan khusus. Saat itu aku bahkan bersama Zia."

Tulip menggeleng pelan dan membalas, "Pernyataan itu nggak membuat aku langsung mengetahui dengan jelas apa yang kamu rasakan. Apalagi kamu terlihat begitu sulit menjauh dari Zia yang saat itu memang pasanganmu."

Hippo merangkum wajah istrinya dan membuat mereka bertatapan dengan dalam.

"Aku memang pernah berusaha melupakan kamu dengan cara membawa Zia ke hidupku dan berniat serius dengannya. Tapi kenyataannya, kamu datang dan mengacaukan niatan itu. Kamu masih menjadi yang utama di sini," Hippo mengarahkan tangan Tulip dalam genggamannya ke dada pria itu. "Zia tahu aku nggak move on dari cinta pertamaku. Dia tahu aku selalu mengamati kamu sebagai pekerja baru di perusahaan. Dia tahu hatiku bukan untuknya, tapi untuk kamu."

Tulip tidak tahu kenapa dirinya menangis dengan begitu deras disaat Hippo mengatakan perasaannya yang sesungguhnya pada Tulip. Pria itu masih mencintai Tulip. Cinta mereka sudah ada sejak lama dan itu sebabnya tak sulit untuk membuat mereka tergila-gila satu sama lain setelah sentuhan pertama mereka.

Namun, Tulip sudah menodainya. Tulip mengikuti perintah Agungsyah untuk menjebak Hippo dengan kehamilannya. Seandainya Tulip mengetahui hal ini sejak awal, Tulip tidak memerlukan rencana itu untuk mengikat Hippo. Tulip bisa mengikat Hippo dengan cinta yang mereka punya.

"Hei. Kenapa kamu nangis, Li? Aku mencintai kamu. Aku nggak menutupinya lagi. Aku ingin kamu tahu, aku melakukan segalanya untuk kamu. Aku menahan diri karena aku kira kamu nggak memiliki perasaan itu lagi setelah kecelakaan itu. Aku nggak mau menyatakannya dengan terburu-buru karena sejak pengalaman pertama kita, kamu nggak tahu apa pun mengenai perasaanku. Aku nggak mau membebani kamu dengan perasaanku karena bisa aja kamu melupakan cinta kamu untukku."

Tulip menggeleng dan mendekatkan wajah mereka. Ciuman Tulip sematkan di bibir suaminya untuk memastikan bahwa Tulip bahagia dengan apa yang suaminya katakan.

"Aku nggak menangis karena terbebani dengan perasaan kamu, Mas." Tulip memastikan bahwa dia tidak mengacaukan pernyataan cinta suaminya malam ini. "Aku hanya kecewa karena nggak mengetahuinya sejak awal kita bertemu."

Hippo memeluk tubuh Tulip dan mengecup puncak kepala istrinya itu. Mereka membiarkan suasana itu berlangsung tanpa satupun mengeluarkan kata. Kesunyian itu diisi dengan suara tangisan Tulip yang tidak benar-benar dipahami oleh Hippo.

Maafin aku, Mas. Maaf.

Tulip tak ingin kehilangan kepercayaan Hippo jika ternyata ada rencana yang Tulip setujui dengan Agungsyah, ayah pria itu. Sekarang Tulip harus memastikan bahwa suaminya tak perlu mengetahui hal itu. Hutang yang Tulip miliki dan permintaan Agungsyah, itu adalah rahasia yang semoga selamanya tak mengacaukan hubungan Tulip dan Hippo.

"Udah balik nyaman?" tanya Hippo saat menyadari istrinya tidak menangis lagi.

Tulip mengangguk. "Aku belum bilang sesuatu, Mas."

Hippo mengernyit. "Bilang apa?"

Tulip mendongak dan menatap suaminya. "Aku belum bilang ... aku juga mencintai kamu. Aku yakin kamu bertanya-tanya juga. Aku mencintai kamu bahkan mungkin saat aku nggak mengingat apa pun."

Ya, mereka memiliki cinta itu. Namun, apa cinta cukup untuk memastikan mereka akan selalu bahagia?

[E-book The Wedding Debt sudah ada di google playbook.]

The Wedding Debt / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang