Tulip tidak akan mengerti dengan apa yang menimpa Hippo. Keningnya yang berdarah seperti ini adalah hasil dari kemarahan seseorang yang ada hubungannya dengan masa lalu mereka. Masa lalu yang Tulip lupakan karena trauma psikologis yang dialami oleh Tulip. Demi Tuhan, trauma itu ada akibat ulahku juga. Hippo mengakui kesalahannya dulu, kesalahan dimana dia lalai menjaga Tulip dari bahaya. Tentu saja bahaya itu datangnya dari amarah atas cemburu serta rasa tak terima seorang perempuan yang tergila-gila pada Hippo.
Sekarang, serangan tiba-tiba ini juga akibat ulah perempuan itu yang tidak Hippo sangka. Dia tidak menyangka kecemasannya akan terulang lagi.
"Kamu sebenarnya kenapa, Mas?" Pertanyaan Tulip tidak bisa dijawab begitu saja oleh Hippo.
Hippo menggeleng pelan, mengulang kembali kejadian dimana dirinya dilukai begini.
Saat Hippo bersiap pulang, dia tidak memiliki bayangan apa pun selain segera pulang dan melihat Tulip yang semakin hari semakin berisi dan menggemaskan dengan kehamilannya. Hippo sudah sangat merasa bersalah karena membuat perempuan itu tidak bisa bekerja normal, bahkan Hippo membuat Tulip berada di dalam rumah yang ia beli untuk berumah tangga kelak. Perempuan itu tidak bisa kemana-mana karena hal itu bisa saja membahayakan janin Tulip. Yang paling penting juga, kejadian semacam ini.
"Anda yang bernama Hippomenes Yugasyah?"
Hippo tidak tahu dari mana asalnya satu orang bertubuh tegap yang mendekatinya saat akan menuju parkiran mobilnya. Hippo mengernyit dalam dan tidak langsung menjawab apa pun. Di parkiran itu kebetulan memang sepi, satpam juga tidak ditempatkan di sana. Hanya ada CCTV yang bekerja, tapi Hippo tahu CCTV tidak akan langsung membantunya jika ada seseorang yang berniat buruk padanya.
"Bisu, ya? Saya tanya, Anda yang bernama Hippomenes Yugasyah atau bukan!" ulang pria itu dengan kasar.
"Apa urusannya dengan Anda? Nama saya bukan sesuatu yang-"
Hippo tidak sempat mengatakan hal lain karena tiba-tiba saja pria itu memukul wajahnya hingga Hippo tersungkur. Serangn tiba-tiba itu juga datang dengan bertubi-tubi hingga Hippo tidak sempat menghindar ketika ayunan botol beling dilayangkan padanya.
"WOY!!!" seruan yang mengejutkan itu membuat gerakan si pria kasar agak meleset hingga melukai kening Hippo saja. Namun, apa pun bentuknya, Hippo terluka.
"WOY!!! BERHENTI!!!"
Hippo tidak bisa melihat siapa yang membantunya karena kepalanya pusing seketika.
"Mana kunci mobil lo? Gue anter pulang."
Hippo melirik pada si pemilik suara. Maga. Itu adalah Magada yang membantunya hingga sampai di pelataran rumah.
"Pulang sana," usir Hippo yang tak mau Maga bertemu dengan Tulip. Keberadaan Tulip harus tetap menjadi rahasia.
Magada berdecak kesal. "Bukannya bilang makasih udah gue bantuin, malah ngusir. Sialan!"
Magada tetaplah Magada yang tidak menutupi rasa tak sukanya pada Hippo karena kejadian di masa lalu. Namun, Maga masih memiliki nurani untuk membantu Hippo yang kini semakin lemas.
"Pergi dari rumah saya!!" Hippo tak mau Maga lebih lama berada di sana hingga membuat Tulip keluar.
"Luka lo?" tanya Maga.
"Saya bisa urus sendiri. Pergi saya bilang!!"
Maga bersungut tak suka dan langsung keluar dari mobil itu. Untungnya taksi online bisa dengan mudah didapatkan Magada untuk langsung pergi dan barulah Hippo keluar dari mobil serta merebahkan diri di lantai teras rumahnya hingga asisten rumah tangga histeris dan memanggil Tulip.
Dan di sinilah Hippo akhirnya diurusi dengan baik oleh Tulip. Perempuan itu bahkan terlihat sangat cemas.
"Kamu ditanya kenapa malah geleng kepala. Apa kamu tahu kalo kamu makin menyebalkan sekarang?! Terserah kamu mau cerita atau nggak, Mas! Aku kesel ngurusin kamu yang ngerti maunya apa."
Hippo tetap diam dan membiarkan Tulip pergi. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa orang yang melakukan ini kemungkinan adalah Teresia. Perempuan yang sama yang membuat Tulip terluka dulu.
[Yang baca special chapter pasti paham. Anw, happy reading setelah berhari-hari aku nggak update lapak ini, yawww!😊]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Debt / TAMAT
عاطفيةTulip harus melunasi hutang mendiang orangtuanya yang mati karena bunuh diri bersama. Tekanan demi tekanan menghampiri, hingga akhirnya ayah dari Hippomenes menawarkan kesempatan. "Buat putra saya menikahimu. Buat dia jatuh cinta padamu." "Dengan...