Happy reading !
Jira berjalan pelan ke arahnya, melirik sedikit ke arah Felly dan Echa yang duduk beberapa di depannya.
Dari wajah mereka berdua, jira tau mereka kecewa, tapi apa boleh buat, dia bingung untuk menjelaskan ini kepada mereka.
Dari awal tes sampai dia di nyatakan sebagai salah satu siswa penerima bea siswa di Eropa, jira ga tau cara nya jelasin masalah ini. Jira cuma terlalu sayang sama mereka dan ga tega buat ninggalin mereka.
sebelum ujian pun Echa bilang jika mereka harus satu kampus, sampai Echa rela belajar, padahal kalian tau Echa paling malas diantara mereka bertiga. Walaupun Echa ga sepenuhnya maksa untuk mereka harus satu kampus tapi jira tau Echa berjuang untuk itu dan ga hanya Echa, Felly juga. dia pun ga bisa nolak keinginan Echa, mau tak mau jira iya kan, lagi jira juga ga berfikir akan diterima. dari beribu pesaing di berbagai negara jira tak tau jika dirinya di terima.
Untuk Arta, seharusnya tak apa jika mereka harus LDR. Tapi jira takut buat ninggalin Arta. Jika kalian berfikir orang tua Arta sudah masa bodo, atau mereka berbaikan, kalian salah. Mereka masih sering menekan Arta, walau tak lagi kasar, tapi jira tetep takut buat ninggalin Arta, karna jira janji ga akan ninggalin Arta walaupun cuma sebentar.
Jadi jira harus menjelaskan bagaimana kepada mereka?
. . .
Setelah acara pertama selesai, wali murid diperbolehkan kan untuk pulang. Tapi untuk para murid di harap tetap berada di sekolah sampai rangkaian acara selesai.
Semua murid ke kantin, kecuali Echa, Felly dan jira yang kini sedang dikelas. Mereka saling berpelukan, karna jira pun ga sepenuhnya salah, cuma sedikit kecewa aja karna tidak memberi tahu mereka.
"demi apa yah, gue mau marah banget sama Lo ji, bisa bisanya Lo ga bilang sama kita. Tapi maaf banget kalo kemauan gue satu kampus malah jadi beban buat lo. padahal ya kalo Lo bilang kita mau semangati Lo, nemenin Lo belajar, atau bahkan kalo bisa gue ikut juga" ocehan Echa kepada jira.
"emng Lo pinter? Ulangan aja masih nanya gue" timpal Felly merespon ocehan Echa yang membuat mereka berdebat
"gue ga ngomong sama Lo, mending Lo urusin tuh ingus Lo. Lebay banget pake nangis nangis segala"
"gue sedih ya, sahabat gue yang gemesin ini bakal pergi ke Paris"
"ah itu mah Lo nya aja yang kelebayan, gue juga sedih tuh tapi ga nangis kayak lo"
Jira selalu suka mereka berdua berdebat. Mereka lucu, berdebat lalu nanti tiba tiba kompak tapi ga bertahan lama abis itu berdebat lagi dan gitu seterusnya.
Nanti Di Paris jira bisa ga ya tanpa mereka? Apa bakal segaring kanebo kering yang ga di basahin 1 tahun, kayak waktu masa dia SMP? Atau malah tambah garing? Bisa di pastikan, Sehari disana jira sudah merindukan mereka berdebat seperti ini bahkan belum sehari beberapa detik dia naik pesawat pun sudah rindu.
"udah ah berantem Mulu, mending ke kantin, laper"
Jira bangun dari duduknya bersiap untuk keluar dari kelas.Sedikit lega hati jira kala dia sudah menjelaskan kepada kedua sahabatnya, namun ada sedikit rasa tak enak hati karna belum menemukan kekasihnya. Jira harus bertemu untuk menjelaskan ini kepada Arta.
Orang yang ingin jira temukan ada beberapa di depan dari meja dirinya berserta temannya duduk, tapi Arta sama sekali ga meliriknya, biasanya laki laki itu akan berjalan mendatangi mejanya atau hanya melambaikan tangan menyapa. Tapi kini Arta hanya diam saja, sibuk berbicara dengan bima dan Rama.
Apa Arta marah ya?
Bodoh jira. Iya lah masih aja mikir gitu.Jira membuka hpnya, mengirim pesan singkat untuk Arta.
Tak di jawab, bahkan tak di baca. Arta hanya melirik sebentar hpnya karna bergetar.
Jira kembali mengirim pesan untuk Arta
Masih sama, namun kali ini Arta malah berjalan keluar dari kantin ntah kemana.
Ting!
Setelah membacanya jira berpamitan kepada Echa dan Felly.
"girl, gue ke roofton bentar"
Habis itu jira berlari keluar kantin menuju ke roofton tempat di mana kekasihnya menunggu.
Terlihat Arta tengah berdiri dipinggir batas tembok.
"arta" panggil jira berdiri disamping Arta, Berharap sosok yang ia panggil menengok, namun sepertinya tidak bahkan melirik sedikit pun tidak.
"maaf arta" lanjutnya dengan suara pelan. Jujur jira takut jika Arta sudah menjadi diam seperti ini dan jira juga tau ini karna salah nya.
Helaan nafas jira dengar dari orang di sampingnya.
"jelasin" satu kalimat yang keluar dari mulut Arta dengan tegas. Suara deepnya yang serius membuat jira takut
Kini sosok itu menengok kala jira tidak bersuara sama sekali
KAMU SEDANG MEMBACA
Jira - Au
Short Storycerita tentang siswa langganan BK naksir sama anak kelas sebelah karena pertandingan bola basket