CHAPTER 18

104 5 5
                                    

Chapter sebelumnya :

Bibir Havi sekarang penuh dengan noda darah yang mengalir, sebenarnya ia masih membutuhkan darah yang lebih banyak, tapi ia tak tega melihat Afli kesakitan dan terus melemah...

~~~

"Hikss sakittt!" Ucapnya selepas adiknya itu melepaskan cengkraman nya.


Hikss


Afli terus menangis menahan rasa sakit pada bahu dan lehernya. Sungguh sungguh ini sangat sakti!, Engga kaya yang biasanya...

"Fliiii... Maapp" hanya kalimat polos itu yang bisa keluar dari mulut Havi, Sambil terduduk dan menundukkan kepalanya. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Bingung melihat Abangnya sangat kesakitan sambil memegangi lehernya, terbaring lemah dengan air mata yang berlinang membanjiri pipi nya, Membuat dirinya sedikit resah.

"HUAAAAA-AAAA!!!! AAAAAKKKK HIKSSS" Rasa sakit itu bertambah sakit seiring berjalannya waktu. Seperti di tusuk dengan tombak yang panas.

"Afliiii HUWEEEEEEEEEE" Teriak mereka berdua pecah. Sangat pecah di tengah malam, lantaran tidak ada siapapun di rumah ini.

"Afliii"

"Afliiiiii"

Mencoba menenangkan Afli yang hilang kendali, tapi sangat mustahil. Lantaran Afli bagai tidak mau di Sentuh...

Diam. Hanya menatap hampa. Apa yang harus ia lakukan?. Bagaimana jika Afli terus memburuk?. Kenapa Afli merasa kesakitan?. Apahkah karena dirinya yang membuat keadaan Afli menjadi seperti ini?

"HUAAAA SAKITTT VIII AAAAAA"

"HAVIIIII HIKSSSS" Air keringat terus bercucuran dari keningnya. Ia mencengkram kuat selimut, bantal, dan apapun yang ada di dekatnya bagai menyalurkan energi. Matanya berubah secara mendadak beriringan dalam hitungan detik, dari biru ke unggu lalu biru lagi, ungu lagi, biru, ungu, biru, ungu lagi, dan seterusnya.

"A? Iya?...." Kali ini Havi langsung mendekat dan memeluk Afli yang memberontak lemah. Takut? Itu tidak dipikirkan nya Sekarang. yang ada di pikirannya adalah bagaimana cara agar Afli tidak kesakitan lagi?

"Afli jangan nangis"

"AKKKK AAAAAAAA!... HIKSS SAKITT" ucapnya seraya mencengkram kuat punggung Havi yang sedang memeluknya. Tak memberontak, Havi menahannya... Kulitnya mulai membiru seiring kuatnya cengkraman... Nafasnya mulai memberat... Gigi taringnya tak kuasa lagi ia keluarkan dan akhirnya masuk sempurna... Kulit putih bercahaya bagai susu berganti dengan kulit putih yang bersih seperti pada umumnya. Terasa angin berhembus kencang. Membuat suhu di ruangan ini lebih sejuk. Apahkah akan ada orang yang datang untuk membantu nya?. Itulah harapan Havi sekarang...

Sementara Afli? Ia tak bisa berkutik. Kehilangan kendali jiwa raganya. Menenggelamkan wajahnya pada dada Havi. Merasakan sakit yang sedikit berkurang dengan adanya Adiknya di pelukannya nya sambil menyalurkan sakitnya melalui cengkraman.


HUSSSSSS


Siapa? Siapa yang dateng?. Benar benar ada cahaya sekilas yang menandakan ada portal datang. Aura mencekam mulai mengisi ruang dingin ini. Di rasanya seseorang yang mempunyai kuasa datang sedikit mendekat. Ia memperhatikan seisi ruangan ini dengan tatapan yang bahagia labil.

Hah~

Hah~

Hah~

Detak jantungnya berpacu dengan waktu. Khawatir. Perasaannya tidak nyaman dan tidak enak. Ia tak bisa memastikan siapa orang yang datang ke kamar Abangnya lantaran tubuhnya tertahan cengkraman dan pelukan kuat Afli. Serta posisi yang bertolak belakang dengan datangnya orang itu.

[Bl]  AFLI TIMELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang