CHAPTER 19

95 4 2
                                    

Chapter sebelumnya :

Tak menghiraukan, orang misterius itu terus berlalu turun dari kasur dan berjalan berirama dengan masuknya kucing hitam sang Afli Qifaros dari jendela dan menghampiri tuannya.

~~~

Terlihat cahaya yang membinar binar dari sudut ruangan beserta angin sejuk yang menandakan orang misterius itu sudah pergi dengan portalnya sendiri.

Miauuuu'

"Em?... Meong?" Sekarang ada seekor kucing berwarna hitam di belakang tubuh Havi yang sedang tiduran juga. Hmmm Havi ga bisa bergerak... Gimana nih...

"Empuss? Puyssss misiiii" niat semula adalah untuk membenarkan posisi yang menurutnya tidak nyaman ini untuk Afli, tapi kayanya nyaman nyaman aja deh... Tapi emang iya? Kayanya juga engga sihh...

"Pussssss!"

"Haisss..."

5 menit Havi menunggu dalam diam. Tidak kunjung tidur juga. Lama lama kakinya sakit dan kesemutan. Kenapa ga bergerak aja? Afli nya berat banget aaaa. Gimana nihh? Entar kalo guling guling ke belakang kucing nya benyekk. Kasiannnn dongg hmmm.





10 menit
.................







15 menit
..................








20 menit
..................



Waktu terus berlalu. Tidak ada perubahan posisi. Kaki Havi gak bisa di rasain lagiiiii aaaa. Jadinya Anehhhh kannnn.

Hari telah berganti. Kini manusia kecil yang menghisap darah itu mulai terisak karena tidak nyaman. Kala haus masih menerjang dirinya yang tidak sanggup ia tahan inii.

"Hiksss Afliiii...... Afliiiii bangun sebentar. Afliiii...... Hiksss" ucap Havi terisak sambil mempuk puk pipi Abang nya yang masih bisa dijangkau oleh jari dan tangan nya. yah walaupun bisa sih bagian tubuh yang lain.

"Afliii"

"Hem? Emhggg. Huaaaammmm hahh~"

"Afli aku mau tidur, tapi susah"

"Emmmm-emmm emmm! Tidur di sini aja" sebenarnya Afli suka tiduran di dada Havi. Sangat candu dan wangi.

"Hmm... Iya... Tapi tidurnya jangan kaya ginii... Kaki Vi sakit di tindihinn"

"Ohh?" Menyadari itu Afli lekas menyingkirkan sebagai tubuhnya yang menindih kaki adiknya yang malang iniii. Hahh~ bilang kek dari tadi...

"Udah kan?"

"He-em"

Setelah itu Telekinesis Afli sedang beraksi. Ia menutup semua jendela dengan perlahan, menaruh kucing hitam nya ke tempat tidur nya, dan mengangkat Havi, bantal, dan guling berada pada tempat nya agar rapih dan nyaman. Sekarang posisi Adek Abang itu berhadapan hadapan, yang tentu saja Afli masih memeluk Havi erat. Jujur saja bagi seorang homoseksual, Afli sangat tertarik untuk menjadi pemilik Havi seorang. Hanya dia. Tidak ada yang lain. Tapi nyatanya itu mustahil, Havi pasti tidak akan menerimanya dan menolaknya mentah mentah. Tapi terkadang ia juga menyukai beberapa lelaki yang tampan sebaya dengan nya... Bagaimana tidak? Mereka sangat mencolok dan menarik untuk di pandang... Sangat menyegarkan mata terlebih.





"Vi"

"Hm?"

"Tadi siapa yang ke sini?"

"Engga tau deh... Tapi dia tau nama Vi sama kamu fli"

"Haaaaa? Dari mana?"

"Ememem" ucapnya sambil menggeleng polos.

"Ish aturan tanya Vi" kini tangan Afli berada pada pipi Havi... Pencet siniii... Pencet situu... Bibirnya juga di pencet pencet pulaa... Hahh~ bibirnya yang merah muda tipis sangat menggoda untuk di cicipi, Pasti sangat nikmat, lembut, dan kenyal. Tapi apalah daya untuk diri ini yang malangggggg. Sungguh kasihhan.

[Bl]  AFLI TIMELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang