59

14.1K 1.1K 150
                                    

Aric selesai melakukan penandatanganan kontrak kerja sama antara Djaya Group dengan Kaelani Group milik Erlangga Kaelani yang tak lain adalah ayah Erlan.

Selesai dengan itu, Aric langsung menuju lokasi lelang amal yang tentu saja dia memiliki maksud lain. Apalagi jika bukan masalah bisnis. Dalam acara tersebut salah satu tamunya merupakan perwakilan dari perusahaan penting. Jadi dia berharap dapat memberi kesan yang baik dalam acara tersebut.

"Istri gue gimana?" tanya Aric pada Doni, saat ini mereka dalam perjalanan menuju lokasi lelang.

"Ekhem.. katanya tadi pagi maya kena maki abis sama mika."

Aric mengerutkan keningnya, "Kenapa?"

"Pelayanan hotel jimbaran ternyata emang dapet review kurang bagus sebulan terakhir."

Aric semakin mengerutkan keningnya, "Kok baru ketauan?"

"Gue belum tau detailnya, dari info yang gue dapet sih dua bulan kemaren emang banyak pergantian pegawai disana."

"Maksud lo?" tanya Aric kurang jelas.

"Ada beberapa yang di rolling ke denpasar. Sebagian juga ditarik buat resort di nusa penida. Alhasil yang di jimbaran rekrut banyak pegawai baru, dan dari hasil evaluasi tadi sih proses rekruitmennya kurang bagus gitu."

Aric mengangguk paham, "Lo minta laporan terus dari semua cabang bali. Kalo emang banyak masalah kita evaluasi gede sekalian. Kalo udah terlalu banyak masalahnya djaya langsung turun tangan."

"Ric, sorry nih.. mungkin kedengeran gak profesional, tapi semenjak lo nikah cabang bali emang rada keteteran."

"Keteteran gimana maksud lo? Hubungannya sama pernikahan gue juga apa? Yasan gue serahin ke istri gue pun baru yang di jakarta yang dia handle banget."

"Lo jangan tutup mata tutup telinga gitu ric. Semua orang tau kali kalo maya ngarep ke elo."

Aric berdecak, "Perlu kita ganti maya? Kalo emang gak profesional, gak kompeten, kenapa masih dipertahanin?"

"Gue nggak heran kalo mikala nyikat habis dia. Gue kenal maya udah lama, gue tau kerjaan dia bagus, jadi kalo gue di posisi kala sekarang pun gue bakal negur dia."

"Oh satu lagi.. gue bukannya tutup mata, tapi lo tau sendiri gue sama sekali gak ada perasaan apapun ke dia. Dia juga gak pernah ngungkapin perasaan dia ke gue, salah gue apa kalo sekarang gue udah punya istri?" ucapan Aric kali ini terdengar lebih kesal.

Doni hanya bisa mengangguk-angguk mengiyakan saja. Dia sedang tidak dalam mood untuk memberikan masukan ini itu untuk Aric.

"Lo udah telfon bini lo?"

Aric mengangguk, "Udah tadi siang. Dia bilang sore ini mau jalan-jalan sebentar ke pantai."

"Jadinya balik kapan dia?" tanya Doni.

"Kemungkinan lusa dia balik sini. Sekalian lo pesenin gue tiket buat besok."

"Tiket kemana?"

"Ke bali lah anjir, kemana lagi?"

***

"Mbak asih, saya mau jalan-jalan ke pantai. Nggak usah dianter, saya lagi pengen nyetir sendiri."

"Tapi bu..."

"Udah nggak papa, tadi pagi saya udah bilang ke mas aric kok kalo mau jalan ke pantai."

Asih mengangguk ragu, pada dasarnya Mika memang benar sudah izin, tapi dia tidak bilang kalau ingin pergi sendiri kan?

Mika kembali ke resort untuk berganti pakaian dan juga menghapus make up nya.

Sesaat sebelum Mika keluar kamar, ada nomor asing yang menghubunginya.

Om Bucin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang