BAB-21 BACK TO HELL, GALANG!

273 51 3
                                    

BAB-21
BACK TO HELL, GALANG!

Malam ini Galang menemui Mellani yang tiba-tiba saja menghubungi dirinya di sebuah cafe. Tentu saja pria playboy itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut. Sebab, Mellani adalah gadis yang teramat sangat susah untuk didekati.

"Gue harus gimana, Lang? Bagas meninggal, padahal kami sudah berjanji untuk segera menikah dan memiliki banyak anak. Aku ... aku ... Hiks ... hiks ...."
Mellani bercerita sambil menangis, dia menangkupkan kedua telapak tangannya diwajah, bahunya naik-turun menahan isak tangis agar tak terdengar.

Minumlah!"
Galang menyodorkan segelas air putih ke arah Mellani agar lebih tenang.

"Terima kasih, Lang. "
Mellani melanjutkan ceritanya, dimana dirinya syok mendengar kematian kekasihnya itu, sementara Galang terus berpura-pura menjadi pendengar setia, sebenarnya Galang sudah muak mendengar betapa Mellani sangatlah mencintai Bagas. Tak sadarkah Mellani kalau dirinya pun sangat mencintai gadis itu.

"Terima kasih ya Lang udah mau jadi teman curhat Gue, Gue mau pulang dulu. Terima kasih atas waktunya ya Lang."

Mellani berdiri lalu bersiap meninggalkan kafe, tapi tangannya langung dicekal Galang.

"Sudah malam Mell, biar Gue antar Loe pulang. Bahaya cewek pulang malem sendirian."

Mellani melepas perlahan cekalan Galang, dia seolah sedang mempertimbangkan tawaran dari Galang. Hingga akhirnya dia menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis sekali.

"Oke, sorry ngrepotin Loe ya."

"Santai aja Mell. Kalau Loe pulang sendirian malah Gue yang merasa gak enak."

Tak menunggu lama, dua sejoli itu sudah duduk manis, mobil berjalan dengan pelan namun pasti. Di dalam mobil Mellani hanya diam tak bersuara.

"Mell....!"

"Iya, Lang, kenapa?"

"Mau?"
Galang menyodorkan sebuah plastik kecil berwarna  ungu sambil tersenyum.

"Permen?" Dahi Mellani berkerut tapi dirinya tetap menerimanya.

"Iya, Gue  kalau lagi sedih suka makan permen, buat mood booster gitu, coba aja, pasti Lo ketagihan."

Mellani tersenyum dan perlahan membuka bungkusnya, saat hendak memasukkannya ke mulut permennya jatuh ke dalam tas tangannya yang ternyata masih terbuka.

"Yah, jatuh, Lang. Kamu punya yang lain?"

"Haduh, tinggal satu itu, Gue belum beli lagi."

"Oke, gak papa. Gue makan yang ini aja deh, sayangkan belum lima menit juga" Mellani mengorek isi dalam tasnya.

"Ketemu nih, hehehe."
Mellani menunjukkan permennya ke arah Galang, lalu memakannya. Galang menyeringai.

"Gue kok pusing, Lang? Masih lamakah sampai rumah Gue?."

Galang diam membisu, tak menanggapi perkataan Mellani, sudut matanya melirik perempuan yang kini telah tertidur dikursinya.

Galang tancap gas lalu memutar arah laju kendaraannnya, tidak jadi ke rumah Mellani tapi justru ke indekos yang biasa dia sewa. Dirinya tak sekaya Jo untuk bisa menyewa kamar hotel bintang lima. Itulah kenapa dirinya ditolak mentah-mentah oleh Sasha.

Galang masuk perlahan sambil menggendong tubuh Mellani yang tak sadarkan diri lalu dia rebahkan perlahan tubuhnya dikasur busa tanpa ranjang yang telah tersedia. Kipas angin murahan dia nyalakan.

"Sorry Mell, Lo terlalu cantik buat disia-siakan. Sejujurnya Gue muak karena Loe selalu ngomongin semua kebaikan Bagas. Padahal dia sudah mati. Lebih baik Lo sama Gue aja. "

Galang perlahan membuka seluruh bajunya hingga tersisa boxernya saja, perlahan dia membelai wajah ayu Mellani mendekatkan wajahnya  ke arah wajah cantik yang selama ini hanya mampu ia lihat dari kejahuan saja. Galang menyadari jika dirinya tidak mendapatkannya dengan cara licik seperti ini maka sampai dia jadi kakek pun Mellani takkan pernah jadi miliknya.

"Arhhhhhhggt...!"

Tiba-tiba Galang menjerit kesakitan, lalu pingsan.
........................................................

"Sudah sadar, Lang?" Mellani menyeringai.

"Hmmp...!
Galang menggerakkan badannya berusaha lepas dari tali yang mengikatnya. Mulutnya  tertutup lakban.

Sementara itu Mellani menatapnya dingin sambil mengibaskan alat kejut listrik yang dia pegang. Galang melotot melihat betapa santainya Mellani.

Mellani mendekatkan tubuhnya kearah Galang, lalu berjongkok menatap wajahnya.

"Kenapa, Lang? Lo kaget gue masih sadar? Padahal gue makan permen yang ada obat tidurnya? Ckck, sorry Lang gue gak bodoh!"

"Hmmmp ... hmmp!"
Galang berontak kembali, tapi tenaganya terbuang sia-sia. Tali yang mengikat tubuhnya bukannya terlepas, namun justru semakin mengikat kuat.

"Gue gak makan permen dari Lo, waktu jatuh di tas, itu permen gue tukar sama permen biasa. Kenapa? Lo kaget?" Mellani memyeringai.

Kini Galang terdiam, matanya mulai menunjukkan rasa takut. Mellani di hadapannya kini sangat dingin, kaku dan mengerikan.

Mellani mendekatkan wajahnya ke wajah Galang yang sudah pucat dan lemas, tangannya tiba-tiba mencengkeram wajah Galang dengan kuat.

Mata Mellani menatap tajam tepat dibola mata Galang. Perlahan dirinya mengambil cutter dari dalam tasnya. Dia kibaskan tepat dimuka Galang yang memucat.

"Lo masih ingat Waduk sermo Lang, masih ingat Ayu?"

Galang menangis, tenaganya sudah habis, hanya untuk menjeritpun dia tak mampu. Harga dirinya sebagai lelaki musnah sudah. Mellani dihadapannya tak ubahnya malaikat pencabut nyawa yang mengerikan.

"Jangan menangis, Sayang. Ayo kita bermain dulu, seperti kamu mempermainkan Ayu sahabatku."

Mellani menggoreskan perlahan cutter yang sisi tajamnya masih tersimpan dari tempatnya.

Galang semakin pucat, air matanya semakin deras, harga dirinya sebagai laki-laki hilang sudah dihadapan perempuan yang sudah semakin gila. Pshyco berdarah dingin. Apa mungkin Jo dan Bagas juga mati ditangan Mellani?

"Ah, Lo nggak asik, Lang, nggak seperti Jonathan yang gue ajak bermain kemarin, hahaha...!"
Mellani melepaskan boxer milik Galang. Menempelkan cutternya. Wajahnya kembali menatap wajah Galang yang berlumuran darah.

"Back to hell, Galang. Bertemulah dengan Jonathan, lalu katakan Sasha akan segera menyusul kalian berdua."

Kressss....

Mellani memotong kejantanan Galang dalam sekali tebasan, tak butuh waktu lama Galang menggelepar dan mati.

Mellani mengusap wajahnya yang terkena percikan darah Galang dengan jemarinya. Tersenyum mengerikan.

"Kau selanjutnya, Sasha! "

AYO IKUT AKU KE NERAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang