Chapter 11. | Peredam |

12.9K 2.1K 137
                                    

•Happy Reading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading•

Mengenalnya lama dan hampir bertemu setiap harinya sebelum disibukan oleh pekerjaan, membuat Sephora hafal setiap ekspresi Agarish. Bagaimana lelaki itu saat sedang anteng, kesal, merajuk, atau berusaha melucu untuk menghiburnya.

Sifat mereka sebenarnya tidak jauh berbeda. Sangat ahli terlihat acuh tak acuh pada sesuatu yang sebenarnya sangat berpengaruh dan sangat pandai menutupinya.

Seperti malam ini, ada yang aneh dengan lelaki itu. Orang lain mungkin tidak akan menyadari, karena Agarish tetaplah lelaki galak yang menyebalkan. Tapi Sephora dapat merasakannya. Agarish masih suka menggodanya, menyulut emosinya namun senyum lelaki itu tak sampai ke matanya.

"Hei, what's wrong with you?"

Agarish tersenyum tipis. Sephora selalu saja mengerti. Perempuan ini adalah peredam dari segala resahnya.

"I'm sorry," kata Agarish serak.

"Its okay," balas Sephora cepat, tanpa menanyakan untuk alasan apa tunangannya mengucap maaf padanya. Karena ia tahu, itu pasti bukan sesuatu yang fatal seperti, perselingkuhan. Agarish bukan lelaki jenis itu.

Gaya hubungan mereka yang santai, membuat segalanya senormal dan serealistis mungkin.

Membebaskan pasangan, membiarkan apa saja yang ia ingin lakukan, kemana saja dan dengan siapa saja, and enough too see. Karena tidak mengekang bukan berarti tidak sayang.

Sebab, meskipun mereka berpasangan, akan tetapi diri kita tetap milik kita sendiri, bukan milik pasangan kita sepenuhnya.

Demikian pula, ketika ada orang lain yang masuk ke dalam hubungan mereka, berusaha menggoda. Yang paling diperhatikan Agarish dan Sephora adalah bagaimana respon pasangannya.  Its all about response. Mereka tidak memedulikan si penggodanya, menganggapnya angin lalu, mengurutkannya di bagian belakang, paling ujung.

Intinya mereka sama-sama percaya dan tolak ukurannya dengan melihat segimananya perilaku pasangannya menghargai hubungan itu.

Sephora mengelus surai lebat Agarish, membiarkan lelaki itu terus memeluknya, menaruh kepalanya di perpotongan leher dan tulang selangkanya.

"Lo kalau sedih, sedih aja, ya, Ga. Nggak usah modus pakek jilat-jilat, bego!" maki Sephora.

Sephora meremas lalu menarik rambut Agarish hingga tatapan mata keduanya bertemu. "Jadi lo kenapa?"

Agarish terkekeh, ia kecup bibir Sephora sekilas. "Gue mandi dulu, tungguin, ya, entar gue ceritain kisah Nabi-Nabi." Ia mengedipkan matanya jenaka.

Agarish pandai sekali terlihat baik-baik saja. Selalu ingin terlihat kuat. Itu yang membuat Sephora sering khawatir.

Sephora mencebik, namun melepaskannya. Ia tahu, cepat atau lambat Agarish akan bercerita kepadanya.

"Jangan lama-lama, gue laper." keluhnya.

AGARISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang