Chapter 43. |Sesuatu Yang Asing|

4.6K 266 20
                                    

•HappyReading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HappyReading

Tiap Jumat malam, merupakan puncak ramainya cafe Alertes. Terdapat live musik, juga penampilan DJ ternama. Gemerlap lampu kelap-kelip lengkap dengan hentakan musik keras memaju adrenalin.

Pengunjungnya di dominasi muda-mudi yang ingin merasakan dugem halal, katanya. Vibesnya sih mirip diskotik, minus minuman beralkoholnya.

Mengikuti perkembangan jaman— jika ingin bertahan dan melebarkan sayap usaha, Abiputra menyodorkan gagasan tersebut, dan sebagai investor yang cuma mau terima beres jelas manggut-manggut saja.

Buktinya usaha Kafe mereka makin meluas di tangan Abiputra. Menggelembungnya isi rekening masing-masing. Termaksud Rio.

Kaki panjang pegawai Pemerintahan itu melangkah ringan diantara keramaian yang penuh sesak, kepalanya sedikit bergoyang mengikuti irama, bibirnya melengkungkan senyum mendengar tawa-tawa kesenangan dari para pengunjung.

"Mas Iyo." Riska mencoba memanggil dengan suara sedikit lantang, agar tak  teredam bising sekitar.

Merasa terpanggil, Rio memutar kepalanya ke belakang, disaat itu ia baru tersadar, kalau dirinya membawa Riska ikut serta. Ia terlalu terlarut euforia para anak muda. "Lupa gue kalau lo ikut," katanya cengengesan. Tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Kok rame banget gini sih?" Riska kira cafe Alartes akan setenang biasanya. Bukan tenang dalam hal sepi pengunjung, namun suasananya yang nyaman, damai. Cocok sekali dipakai duduk-duduk sambil ngopi cantik, ditemani beberapa piring makanan ringan.

Ini pertama kali baginya berada di situasi yang seperti ini.

"Bagus dong, berarti usahanya Abiputra makin jalan." Mengerti gestur tak nyaman dari Riska, juga pegangan tangan perempuan itu pada ujung jaketnya kian mengerat, tanpa permisi Rio menggenggam tangan Riska. Menariknya bersamanya menuju meja bar.

Tanpa tahu aksi kecilnya, menimbulkan debaran keras pada jantung Riska. Ada senyum malu-malu yang coba perempuan itu  tutupi saat melihat tangan besar Rio melingkupi tangannya begitu hangat.

"Kampret! Lo teler?" Sembur Rio begitu menemukan Agarish sudah tergeletak di atas meja bar. Kepalanya tertelungkup di atas tangan kirinya sendiri, dengan kemeja kusut yang bagian lengannya tergulung hingga siku.

Mengibaskan tangan ke udara. Agarish sedang dalam keadaan tak baik sekarang, sangat buruk bahkan. Jadi ia menyuruh Rio menyingkir, ketimbang ia merealisasikan keinginannya untuk membunuh orang detik ini juga.

"One shot!" teriak Agarish pada bartender yang berada di balik meja bar.

Melirik tiga gelas sloki yang ada di depan Agarish, Rio menyugar rambutnya kasar. "Wah, nggak tertolong nih bocah!"

Ia menuntun Riska duduk berjarak dua stool dari Agarish. "Bentar ya," ijinnya meminta waktu untuk mengurus sohibnya yang mungkin saja akan membuat masalah besar dalam waktu dekat.

AGARISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang