Chapter 29. |Deep Talk|

9.5K 1.4K 89
                                    

•HappyReading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HappyReading

Suasana malam London selalu bagaikan sihir yang menentramkan. Terlihat lampu-lampu gedung-gedung tinggi dan restoran yang berderet di tepian sungai Thames sudah menyala. Seakan menjadi background cantik atas gemerlapnya penyinaran dari London Eye.

Putaran bianglala yang terbesar di dunia itu bersatu padu bersama pergerakan kapal pesiar dengan dek terbuka yang berlalu lalang menyusuri sungai untuk melihat beberapa ikon megah di Ibu Kota Inggris Raya.

Menyenangkan saat sapuan halus dari angin menerbangkan anak rambut Sephora yang malam ini ia ikat asal. Dingin, namun nyaman.

Awalnya ia hanya mengagumi pemandangan malam, tidak memikirkan apa-apa. Tapi tiba-tiba saja segala permasalahan yang dimilikinya melintas satu persatu memenuhi isi kepala, membuat tubuhnya membeku kaku.

Sephora tidak ingin melankolis, namun semua terasa sangat berat.

Entah sudah berapa lama ia melamun, melarutkan diri dalam diamnya. Sampai dentuman langkah kaki mendekati balkon tempat ia berada terdengar dan samar, aroma parfum yang sangat familiar di hidungnya menyusul kemudian.

"Ra." Dan suara yang sudah ia hapal mati pun mulai memanggil-manggil namanya. Semakin lama, nada suaranya semakin meninggi. Tidak membentak namun tersirat kekhawatiran.

Sephora masih setia dalam diammya.

"RA!"

"SEPHORA."

Agarish yang baru selesai mandi, ikut berdiri di samping Sephora yang sedang memegang pagar balkon. "Kes?"

Sephora mendengar, namun enggan untuk menyahuti. Hingga akhirnya ia merasakan sebuah selimut tipis terikat di pinggangnya. Sephora hanya terkesiap sebentar, lalu kembali abai dan larut dalam dunianya sendiri.

"Ck, gemes gue. Sini, sini, Ra." Agarish menarik bahu Sephora agar mendekat kepadanya, lalu memegang sisi wajah Sephora.

"Ngapain?" Sephora spontan menjauhkan kepalanya, namun berakhir tidak bisa bergerak karena Agarish berhasil menahannya.

"Diem! Bentar doang." Agarish memasukan cotton bud yang ia temukan di dalam kotak P3K atas meja kecil yang terletak di samping pintu balkon ke dalam telinga Sephora.

"Jangan dalem-dalem, bahaya." Peringat Sephora yang Agarish angguki.

"Udah tau gue!" sahutnya songong.

Mata Agarish memincing, menggerakan cotton bud-nya memutar pelan, nampak serius. Tidak dalam. "Ada sesuatu nih, Ra, ditelinga lo. Pantes dipanggilin dari tadi nggak nyahut-nyahut. Ada yang bikin tersumbat ternyata."

Sephora melirik Agarish dengan pandangan menyelidik. "Nggak mungkin!"

Ia menolak percaya, jelas-jelas ia rutin membersihkan telinganya ke Dokter THT dan alasan ia tidak menyahuti panggilan Agarish bukan karena tak mendengar, tapi hanya tak ingin saja.

AGARISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang