•HappyReading•
Sephora memandang gamang kertas pemberian Prof Martin, dokter bedah saraf dan juga salah satu mentor Sephora di Rumah Sakit tempat ia melakukan koas dulu. Itu adalah brosur tentang program intern di Mayo Clinic, salah satu teaching hospital terbaik dalam skala dunia.
Program yang sangat menarik, ia akan mendapat pengalaman yang sangat berharga di sana, dan juga bagus untuk CVnya, sayangnya Rochester terlalu jauh.
Tetapi program itu hanya berlangsung selama tiga bulan.
Hati Sephora dipenuhi kebimbangan, pikirannya berkecamuk.
Orangtuanya pasti mendukungnya, lalu bagaimana dengan Agarish, mereka sudah sepakat untuk melanjutkan kehidupan di Indonesia selepas Sephora mendapat gelar dokternya dan Agarish menyelesaikan Magister Arsitekturnya.
Menghela napas panjang, Sephora melangkah cepat melewati koridor tower apartemennya. Ia ingin segera sampai unitnya, berendam air hangat untuk menghilangkan penat yang tengah ia rasakan. Saat itu Sephora menyadari, ada yang kurang.
Ia mengambil ponselnya dari dalam sling bag, mengecek keseluruhan pesan dan juga telepon masuk. Namun nihil, nama kontak yang biasanya selalu muncul memenuhi notifikasinya kini tidak ada.
"Kemana nih, anak? Tumben banget?" monolog Sephora.
Komunikasinya dan Agarish memang tidak terlalu intens, tapi mereka selalu memberi kabar satu sama lain tanpa diminta.
Dahi Sephora mengerut, ia memelankan langkah kakinya, kontak Agarish terakhir on pukul sebelas malam kemare. Tanpa pikir panjang, Sephora mencoba menelpon nomor tunangannya itu.
Nada sambungnya berdering, tapi tidak kunjung di angkat hingga telepon ke lima. Sephora pun memutuskan untuk mengirimka pesan.
Sephora.
Mati lo, Ga?
Setelahnya, Sephora menyimpan ponselnya kembali dan masuk ke dalam lift. Ia berdiri di bagian belakang, menyandarkan tubuhnya pada kotak besi yang membuat punggungnya bergidik dingin. Kepalanya menunduk, menatap kosong tali sepatunya, pikirannya kembali melayang pada brosur yang masih ada dalam genggamannya.
Hasratnya belajar hal baru menggebuh, tapi apa Agarish mau menunggunya? Belum lagi Gendis yang pasti akan semakin memojokkannya, dan menganggap dirinya terlalu mementingkan karir.
Denting suara lift menyadarkan Sephora, ia menunggu pintu terbuka, baru setelanya melangkah keluar, melewati lorong lantai tujuh belas, suasana apartement siang menuju sore memang cenderung sepi.
Sephora spontan menoleh ke belakang merasakan ada mata yang setia mengawasinya. Tapi ia tidak menjumapi apapun.
Ia pun mengangkat bahunya dan terus menganyunkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGARISH
Historia CortaAgarish dan Sephora sudah bersama lebih dari 8 tahun lamanya. Sudah bertunangan secara personal dan lebih dari siap untuk melangkah kejenjang selanjutnya. Yaitu, pernikahan. Lalu, tiba-tiba restu itu tak lagi mereka dapatkan dari Ibu sang pria? Apa...