Chapter 9. | Between Us |

13.7K 2.1K 220
                                    

•Happy Reading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading•

Jarak antara tempat di selenggarakan acara dan apartement Agarish tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan empat puluh lima menit kala jalanan Ibu Kota sedang padat.

"Beneran lo nggak kedinginan?"

Agarish berdecak mendengar pertanyaan itu untuk kesekian kalinya, "Nggak. Gue nggak apa-apa, Ra." Ia berusaha lebih meyakinkan dari jawabannya sebelumnya.

Ia menarik pelan bahu Sephora yang berada dalam dekapannya untuk masuk ke dalam lift. Tangannya yang bebas menekan tombol 15.

Sephora menyentuh tangan Agarish yang bertengger manis di bahunya.
"Apanya yang nggak apa-apa?! Sentaknya kesal. Ia ambil tangan lelaki itu, dan memasukkannya ke dalam kantong jas Agarish yang tengah ia gunakan. "Tangan lo dingin banget ini, Ga. Entar lo masuk angin, gue juga yang repot. Mana kayaknya stok tolak anginnya habis lagi."

"Wow. Terharu banget gue diperhatiin kayak gitu." Nada Agarish seperti terpengarah haru, tapi tidak dengan mimik wajahnya yang lempeng.

"Nyebelin banget, sih!"

Agarish terkekeh. Meremat genggaman mereka, merasakan hangat tangan Sephora makin menyebar, menyusup memenuhi rongga dadanya.

"Entar juga dapet anget-anget dari lo," bisik Agarish seduktif.

Sephora tidak menahannya lagi, ia menggeram sambil mencubit gemas puting Agarish dari balik kaos tipisnya hingga lelaki itu mengerang panjang dan melempar tatapan protes, yang tentu saja diabaikan Sephora begitu saja.

"Aw, Sephora, sakit. Lepas! Jangan sering diremet, entar makin gede, bego!"

"Lo yang bego! Mana bisa kayak gitu?!" Sephora bersungut.

Ah, kapan sih, ia tidak emosi saat menghadapi kerandoman Agarish. Sebagai sentuhan akhir, ia cubit semakin dalam, memutarnya sedikit, baru kemudian membebaskannya. "Rasain!"

"Pengen banget gue bales kelakuan lo yang ini, Ra." Agarish mengelus bagian putingnya yang terasa nyeri, sekaligus kebas.

"Tapi gue masih punya hati. Khawatir malah lo nya jadi ketagihan, dan jadi gue yang kewalahan," lanjutnya diselingi kedipan mata.

Sephora menatap Agarish tajam. Tangannya siap terangkat tinggi, guna memberikan pukulan. Namun, niatnya mesti urung saat pintu lift terbuka di lantai 5. Seorang perempuan yang diperkirakan seusia mereka masuk, menggandong bocah berusia 2 tahun dalam keadaan hamil besar. Di tangannya terdapat tas jinjing berisikan pakaian.

Keduanya menyudahi aksi pertengkarannya. Melempar senyum tipis, kemudian beringsut mundur memberi ruang lebih.

"Mau ke bawah? Lobi apa basement?" tanya Sephora, yang tak tega melihat keriwehan ibu muda tersebut.

"Lobi aja." Tetangga beda lantai apartement Agarish itu mengelap pelipisnya yang berkeringat sambil tersenyum sungkan.

Sephora mengangguk, menekan tombol GF, kemudian kembali ketempat dimana tadi ia berdiri. Tersenyum canggung kala sang bocah menatapnya penasaran, lalu sembunyi di leher sang ibu, menutupi senyum malu-malunya.

AGARISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang